Mbok Temu Goes to Frankfurt

Mbok Temu Goes to Frankfurt

Is Mujiarso - detikHot
Senin, 24 Agu 2015 16:05 WIB
Jakarta - “Bismillah…berangkat kita cuuuyyys…mohon doa restunya ya teman-teman,” demikian ucap Bonita Adi dari kelompok musik bonita and the hus Band. Ucapan itu menyertai sebuah gambar bertuliskan ‘bonita and the hus BAND goes to museumsuferfest 2015 Frankfurt 28-30 Agustus’ yang diunggahnya di Facebook.

Bonita dan grup musiknya adalah satu dari sederet penyanyi, band dan kelompok musik kontemporer serta pelaku seni tradisi yang akan berangkat ke festival seni budaya terbesar di Eropa yang digelar di sepanjang sungai Main, Frankfurt tersebut. Seniman lain yang juga akan tampil di sana nanti adalah Mbok Temu. Siapa dia?

Mbok Temu adalah panggilan akrab Temu Misti, seorang legenda hidup dari panggung kesenian Banyuwangi. Jika kesenian Gandrung masih bertahan hingga sekarang, maka Mbok Temu lah salah satu orang yang paling berperan. Sampai-sampai, kesenian gandrung identik dengan namanya, Gadrung Temu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam bahasa Banyuwangi, dan juga Jawa pada umumnya, "gandrung" berarti "kasmaran", "jatuh cinta" atau "tergila-gila". Tari gandrung bermulanya dari sebentuk rasa syukur petani usai panen. Ditarikan oleh laki-laki yang berdandan sebagai perempuan, gandrung dibawakan dengan iringan kendang, terbang (rebana), dan biola.

Temu sendiri menarikan gandrung sejak 1969, seiring dengan memudarnya para penari laki-laki. Ia menari sejak masih bocah, dan punya cerita mistis ketika mengawalinya. Ia mengaku terkena semacam mantra saat meminum kopi yang dibuatkan seorang juragan Gandrung. Temu "dikondisikan" untuk bersedia menari dalam sebuah acara karena penari aslinya tidak bisa hadir.

“Waktu itu saya nggak mau jadi penari, tapi setelah minum kopi dari Pak Alwi saya langsung mau, padahal sebelumnya nggak pernah nari, waktunya kurang 4 hari lagi, tapi tahu-tahu lancar narinya,” kenangnya.

Berawal dari ketidaksengajaan, dan kemudian tak mendapatkan dukungan dari keluarga karena citra penari gandrung yang dianggap kurang terhormat, ternyata justru membuat Temu kemudian bersikeras menekuni panggung tersebut.

Salah satu yang membuat Temu tak tertandingi oleh penari gandrung lainnya, ia punya kualitas vokal yang sangat bagus. Sebuah album telah mendokumentasikan suara indah Mbok Temu, berjudul ‘Nyanyian Menjelang Fajar’. Penasaran? Cobalah cari di Amazon[dot]com dengan mengetik ‘Songs Before Dawn’, dan jangan kaget dengan data penjualannya.

Bersama Barong Osing yang juga dari Banyuwangi, Mbok Temu akan mempertunjukkan kehebatannya di hadapan publik Jerman dan Eropa di Museumsuferfest 2015. Kehadiran Indonesia di acara tersebut merupakan bagian dari penunjukan sebagai tamu kehormatan di Frankfurt Book Fair 2015, Oktober nanti.

Pemilihan Mbok Temu merupakan keputusan dari Komite Pertunjukan, Pameran dan Seminar (KPPS) Indonesia untuk Frankfurt Book Fair yang dipimpin Slamet Rahardjo atas usulan Endo Suanda, ahli etnomusikologi dan seni pertunjukan Indonesia yang juga anggota KPPS.

Ditemui saat latihan di Salihara, Jakarta pekan lalu, Mbok Temu memperlihatkan bahwa daya kharisma dan pesona masih melimpah pada dirinya sebagai legenda seni pertunjukan gandrung. Kendati hari itu baru saja tiba dari Banyuwangi dengan naik bus, ia tetap tampil memikat dalam sesi latihan yang dihelat dalam suasana santai. Geraknya masih kokoh, suara tembangnya masih memukau.

Djaduk Ferianto dari Kue Etnika yang latihan bersama kala itu, juga Endo, geleng-geleng kepala dengan aksi Mbok Temu. “Mungkin inilah pertama kali Ibu Temu akan keluar negeri, tampil bersama dengan Barong di perhelatan budaya penting Eropa, bahkan dunia,” kata Endo Suanda.

(mmu/mmu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads