Karier fotografinya dimulai tiga tahun lalu saat kuliah seni di London dan membeli kamera bekas di sebuah pasar. Ia mulai penjelajahan ke berbagai tempat.
Di antaranya, Kinez pergi menjelajah ke pedalaman Afrika, ke suku Dayak Lundayeh di Kalimantan, suku Lamalera di Lembata, hingga residensi (menetap dan membuat karya seni) di Kutub Utara dan Mongolia. Di sela-sela pembukaan pameran tunggalnya di Ruci Art Space, Kinez mengatakan ia bersama 25 seniman internasional lainnya diundang untuk residensi ke Kutub Utara.
"Kami berlayar dan tinggal di sana selama 2,5 minggu," ungkapnya kepada detikHOT.
Seniman Indonesia yang melakukan residensi ke Kutub Utara bisa dibilang baru pertama kalinya. Pengalaman unik tersebut diungkapkannya dalam karya seni di pameran tunggalnya 'Selubung Hening' yang baru dibuka akhir bulan lalu.
"Saya sangat tertarik dengan konsep 'cahaya, alam, waktu dan sublim' sebagai suatu lambang untuk merenungkan esensi keberadaan di dalam karya saya," lanjut Kinez.

Seniman kelahiran 1989 ini tak hanya menampilkan karyanya dalam bentuk fotografi saja. Tapi juga film dan seni instalasi dan mencoba memotret kesunyian di antara pegunungan es dan alam yang pernah dijelajahinya. Pengalaman lainnya juga ditampilkannya saat pergi mengunjungi ke pedalaman Afrika.
Saat itu, Kinez pernah berjalan di dataran yang pernah didiami oleh suku San di Afrika Selatan. Pertanyaan dan perasaan yang melingkupi esensi keberadaan dan eksistensi manusia di atas bumi menyelimutinya. Tiga tahun berikutnya, dalam rangka kerjasama dengan lembaga studi arkeologi dan cagar budaya antara Indonesia dan Australia, ia menghadapi gambar cadas yang berupa tapak tangan berumur 39,900 tahun yang lalu.
"Saya menyimak gambar cadas yang menggambarkan peradaban kuno yang pernah ada di daerah Maros di dalam gua itu, di dalam ruang waktu, saya merasa sangat rendah diri dan kecil sekali," ujar Kinez.
Temannya yang bernama Maxime Aubert telah menerbitkan hasil penelitian yang menjelaskan bahwa umur gambar cadas tersebut 39,900 tahun. Umur gambar cadas itu mengguncang dunia ilmiah karena kapasitas intelek manusia ternyata menyebar di seluruh bumi dengan rata.
"Saya heran bagaimana perasaan dan pertanyaan yang saya alami di dataran Afrika tentang asal-usul kami sebagai spesies kembali menghadapi saya lewat gambar cadas yg sangat kuno ini. Saya merasa kehadiran manusia yang hidup hampir 40,000 tahun yang lalu lewat hasil karya seni mereka. Karya saya sendiri belum tentu awet selama 40,000 tahun." ungkapnya lagi.
Sebelumnya, Kinez juga pernah menggelar pameran di Land Art Mongolia 360 Biennale (2014) di Orkhon Valley. Serta dinominasikan untuk Sovereign Art Prize. Kini, ia masih berpetualang, menciptakan karya seni, dan bergabung dengan tim lembaga arkeologi dan cagar budaya untuk mengkomunikasikan hasil penelitian mereka.
(tia/hkm)











































