Pejabat dan kepolisian setempat menutupnya karena alasan keamanan, seniman tidak memperolah izin membuat instalasi, dan melanggar hukum. Proyek gereja Katolik tersebut difungsikan sebagai Paviliun Nasional Islandia karena minimnya rumah peribadatan Islam di Venesia.
Dilansir dari berbagai sumber, Senin (25/5/2015), instalasi tersebut sempat dipakai shalat Jumat pada 8 Mei. Sampai minggu lalu, pihak kepolisian tiba pukul 11 siang dan meminta untuk menutupnya.
"Asisten saya mengatakan bahwa polisi menyerahkan tiga sampai empat halaman dokumen yang mengatakan karya seni saya melanggar hukum," ucap Buchel.
Baca Juga: Karya Seni 'Gereja Jadi Masjid' di Venice Biennale 2015, Dibuka untuk Publik?
Mau tak mau, pihak Paviliun Nasional Islandia pun menutupnya. Selama ini, seniman kontroversial itu selalu mengubah ruang publik menjadi karya seni. "Kami berusaha melawan lewat jalur hukum dan berharap masjid kembali dibuka tapi sampai ada kepastian untuk sementara ini harus ditutup," katanya.
Saat pembukaan Venice Biennale awal bulan ini, Buchel dinilai berani untuk membangun instalasi 'gereja jadi masjid'. Ia mengubah lantai gereja dengan sajadah untuk shalat. Serta yang paling kontroversial dipajangnya adalah edisi cetakan Al Qur'an pertama yang dibuat pada abad ke-16.
Simak: Museum Sembunyikan 'Mahakarya' Koleksi Seni, Ini Alasannya!
Kurator 'The Mosque' Nina Magnúsdóttir mengklaim karya seni ini didukung oleh penyelenggara Venice Biennale dan pemerintah daerah setempat.
"Tidak ada persoalan politik juga untuk proyek bersejarah ini. Seperti kebijakan pembatasan resmi berdoa di tempat umum atau mereka yang beribadah di masjid harus menjadi anggota perkumpulan masjid. Ini murni sebuah karya seni dan masyarakat bebas mengunjunginya," ujar Nina.
(Tia Agnes Astuti/Atmi Ahsani Yusron)