Komponis dan pendidik musik kontemporer Indonesia Slamet Abdul Sjukur meninggal dunia, Selasa (24/3/2015) pagi di Surabaya. Slamet meninggal di usia 80 tahun setelah dirawat di rumah sakit.
Kabar duka tersebut pertama kali disampaikan oleh Swandayani Swan, putri pelukis Tedja Suminar via akun Facebook-nya. "Telah meninggal dunia, komponis Indonesia, Slamet Abdul Sjukur pukul 06.00 di RS Graha Amerta," tulis Swan.
Dikenal sebagai pioner musik kontemporer di Tanah Air, Slamet adalah guru yang telah melahirkan banyak musisi terkenal. Salah satu muridnya yang sukses di panggung musik pop adalah Gilang Ramadhan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa hari sebelumnya sempat beredar seruan penggalangan dana untuk Slamet, yang dikabarkan tengah membutuhkan biaya operasi untuk mengobati pangkal pahanya yang patah akibat terjatuh. Penggalangan dana itu dikelola oleh murid-muridnya.
Pada September tahun lalu, memperingati hari ulang tahunnya yang ke-79, Slamet menggelar serangkaian acara bertajuk 'Sluman Slumun Slamet' di TIM, Jakarta. Selain mempersembahkan konser karya-karya musiknya, ia juga membuka kursus kilat komposisi (kukiko) selama sehari.
"Kukiko sudah dilakukan sejak tahun 2012 dan bertujuan untuk memperkenalkan bahwa membuat komposisi musik itu mudah, semua orang bisa melakukannya," kata Slamet kala itu.
Lahir di Surabaya pada 1935 dengan nama Soekandar, Slamet Abdul Sjukur belajar musik hingga ke Prancis. Selain menciptakan sejumlah komposisi, ia juga banyak berkolaborasi dengan seniman-seniman lain. Dalam bermusik, ia memperkenalkan konsep minimaks, yaitu menciptakan musik dengan menggunakan bahan yang sederhana dan minim.
Hingga akhir hayatnya, Slamet Abdul Sjukur tercatat sebagai anggota Akademi Jakarta. Pada tahun 2005, ia menerima penghargaan dari Gubernur Jawa Timur atas dedikasinya pada musik.
(mmu/mmu)