'Turning Targets', Catatan Perjalanan 25 Tahun Rumah Seni Cemeti

'Turning Targets', Catatan Perjalanan 25 Tahun Rumah Seni Cemeti

- detikHot
Kamis, 29 Jan 2015 14:05 WIB
Jakarta - Sejak berdiri pada 1988, nama Cemeti Art House atau Rumah Seni Cemeti dikenal di ranah seni rupa kontemporer. Cemeti menjadi panggung besar yang melahirkan seniman Tanah Air dan kini mendunia.

Seperti Eddie Hara, Heri Dono, Anusapati, Ichwan Noor, Bambang Toko. S.Teddy, Eko Nugroho, dan sebagainya. Berbagai catatan perjalanan sepanjang 25 tahun berdirinya Cemeti termuat dalam buku berjudul 'Turning Targets: 25 Tahun Cemeti'.

Buku yang digagas sejak 2013 bertepatan dengan rangkaian acara 25 tahunnya Cemeti, baru bisa dirilis di 5 kota pada Januari 2015. "Kami menerbitkannya dengan dua bahasa dan ternyata membutuhkan waktu yang lebih lama lagi," ucap Mella Jaarsma usai peluncuran buku di Galeri Nasional, Rabu (28/1/2015).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca Juga: Lewati Usia 25 Tahun, Cemeti Art House Disarankan Jadi Galeri Publik

Mella bersama sang suami Nindityo Adipurnomo mendirikan Cemeti. Kini, Cemeti tidak hanya berperan sebagai ruang pamer, informasi, dokumentasi, dan promosi. Di tahun 1995, didirikan Yayasan Seni Cemeti untuk mengelola seluruh aspek kearsipan dan penelitian seni rupa. Belum lama ini, Yayasan Seni Cemeti berganti nama menjadi IVAA (Indonesian Visual Art Archive).

Sebanyak 18 catatan perjalanan Cemeti yang menceritakan tentang sejarah, pameran-pameran di Cemeti, seniman Tionghoa-Indonesia, sejarah kuratorial, residensi, proyek seni, seni dan masyarakat, art management, dan lain-lain. Serta ditulis oleh seniman Indonesia, Malaysia, Singapura, Belanda, dan Australia.

Berbagai pandangan dari masing-masing penulis mengenai Cemeti terdapat di dalam buku 'Turning Targets'. Setelah melewati 25 tahun, Cemeti masih memiliki banyak harapan dan tantangan ke depannya.

Baca Juga: Potterheads! 'Harry Potter' Kini Tersedia Format e-Book

"Soal regenerasi, sampai sekarang belum ketemu formulanya. Karena tergantung dengan dana juga. Kadang dapat, kadang juga nggak," kata Mella.

Pihaknya pun tetap konsisten memberikan ruang bagi para seniman muda yang berani mengambil risiko di luar konteks seni rupa. "Pasar seni juga jadi tantangan kami ke depannya, kami yakin tetap ada pasar yang mau mengapresiasi karya seniman-seniman Cemeti," tuturnya.

(tia/mmu)

Hide Ads