Dalam siaran pers yang diterima detikHOT, Selasa (27/1/2015), pergeseran yang dimaksud mengakibatkan perubahan terhadap perilaku penduduk kota Jakarta. "Fleksiblitas batas ruang publik menjadi salah satu penyebab terbentuknya sebuah konstruksi sosial, politik, ekonomi, dan budaya yang khas," ucap kurator Asep Topan.
Baca Juga: Anne Frank ala The Simpsons Karya AleXsandro Palombo
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Medium tersebut dipilih dengan fokus utama di pendekatan ruang dan penonton yang baru sebagai bingkai kuratorial proyek," katanya.
Eksibisi ini adalah salah satu dari program 'Next Generation Curator of Southeast Asia yang digelar Japan Foundation sejak Februari 2014. Program ini meliputi workshop, forum diskusi, dan presentasi proyek kuratorial yang diikuti oleh 12 kurator muda dari 4 negara Asia Tenggara. Di antaranya Filipina, Indonesia, Malaysia dan Thailand.
Baca Juga: Tiga Pameran Seni Terbesar di Hong Kong Digelar Maret 2015
Setiap peserta diwajibkan mengkuratori dan membuat proyek seni di negaranya masing-masing. Di Indonesia, program kuratorial ini diikuti oleh Adin (Semarang), Angga Wijaya (Jakarta), Asep Topan (Jakarta) dan Sita Magfira (Yogyakarta) dengan dua orang mentor yaitu Ade Darmawan (Direktur Ruang Rupa) dan Yukie Kamiya (Hiroshima Museum of Contemporary Art).
Proyek ini terselenggara atas dukungan penuh dari The Japan Foundation. Informasi lebih lanjut silaKAN kunjungi www.jpf.or.id atau www.sidewalk-warfare.net.
(tia/ron)











































