Suka Duka Jadi Manusia Patung

Suka Duka Jadi Manusia Patung

- detikHot
Jumat, 12 Des 2014 15:25 WIB
Jakarta - Tren dan cerita mengenai manusia patung tidak hanya terjadi di Kota Tua, Jakarta Barat saja. Namun di London, selama lima hari dalam seminggu terdapat manusia patung hidup dan berinteraksi di kawasan tersebut.

Salah satunya adalah Paul 'Golden Man' Edmeades yang mengalami penghinaan, sakit, kram betis, hingga pukulan aneh di wajahnya. Semuanya dilakukan demi pekerjaannya.

"Saya sering diendus ketika anjing lewat depan saya. Burung merpati pun banyak yang bertengger di kepala dan menganggap saya sebagai patung," ungkapnya seperti dilansir dari Daily Mail, Jumat (12/12/2014).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia berdiri di tengah-tengah taman dan menjadi pusat perhatian sebagai manusia patung. Berkat struktur logam buatannya ia mampu berbaring di satu kaki. Seolah-olah menentang gravitasi. Sebelumnya, Paul pernah bekerja sebagai tukang las.

Selama 16 tahun, ia telah berprofesi sebagai manusia patung demi mencari nafkah. Untuk menghapus riasan wajah, ia pun butuh waktu satu jam.

"Hal yang dibenci adalah ketika anak-anak dan orang dewasa mengacuhkan manusia patung. Kami seakan tidak diinginkan di dalam masyarakat," tuturnya.

Hal yang sama juga dikatakan oleh Matt Walters, 50 tahun. Ia dijuluki sebagai 'The Chimney Sweep dan telah menjadi manusia patung selama lebih dari 30 tahun.

Selama menjadi manusia patung, ia bisa diam seperti tak bernapas selama 24 hingga 30 menit. "Saya sudah mengalami pembekuan darah di kedua paru-paru Anda. Saya sudah berdiri bertahun-tahun, dan ini mempengaruhi sirkulasi pernapasan dan membuat darah berhenti di kaki Anda," katanya.

Berbagai suka duka menjadi manusia patung selama puluhan tahun terjadi di kota London bagian selatan. "Ini profesi kami, manusia patung. Mungkin di belahan dunia lainnya, pekerjaan kami menginspirasi orang," tegasnya.

(tia/mmu)

Hide Ads