Kenapa Tukang Cukur Kebanyakan dari Asgar (Asli Garut)?

Barbershop, Tempat Potong Rambut Para Gentleman

Kenapa Tukang Cukur Kebanyakan dari Asgar (Asli Garut)?

- detikHot
Kamis, 10 Jul 2014 14:45 WIB
Jakarta - Bicara pangkas rambut, tidak akan lengkap rasanya bila tidak membawa kisah turun-temurun para pemangkasnya yang kebanyakan berasal dari kota Garut, Jawa Barat.

Tempat cukur rambut kini setidaknya terbagi menjadi dua kelas, yang satu dengan sentuhan gaya urban dan memiliki gengsinya sendiri. Sementara yang satunya lagi dianggap lebih tradisional, karena bentuknya yang sederhana.

Namun menariknya, meski kedua tempat ini sangat berbeda secara fisik, pelanggan hingga tarif yang dipatok, masih ada sebuah kesamaan. Yakni para pencukurnya yang kebanyakan berasal dari paguyuban di Garut, ini yang sering disingkat sebagai Asgar - Asli Garut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau pencukurnya memang kebanyakan berasal dari garut, bukan hanya di tempat cukur rambut yang biasa, tapi yang seperti ini juga. Memang paguyuban Garut," kata Eduardo Wisendha, 27 tahun, salah seorang pemilik dari Frank's, kepada detikHOT (02/07/2014).

Ucapan ini terbukti benar, ketika detikHOT berkesempatan mengunjungi beberapa barbershop bergaya urban di Jakarta dan Jati Nangor, semua pencukurnya mengaku berasal dari Garut. Mereka antara lain, Wahyu, 27 tahun dari Di Hoek Barbershop, lalu Ridwan Akbar, 22 tahun dari Frank's Barbershop dan Denny dari 1920 Barbershop.

"Mungkin karena turun-temurun. Kalau saya dari kampung namanya Banyuresmi, jadi beda daerah akan beda profesi juga di Garut. Kalau kampung saya itu, kebanyakan jadi tukang cukur," kata Wahyu.



Hal ini disepakati oleh Denny, pencukur rambut yang kini berdomisili di Jatinangor. Menurutnya fenomena kenapa tukang cukur banyak berasal dari Garut, karena disana ada sekitar empat sampai lima desa yang mayoritas penduduknya, terutama pemuda bisa dan terampil dalam hal mencukur rambut.

"Ada Banyuresmi, Wanaraja, ada empat sampai lima daerah di Garut yang warganya kebanyakan jadi pencukur rambut." Hal ini memudahkannya untuk belajar dan mendapatkan akses bekerja, karena banyak yang bisa dan sudah bekerja di berbagai daerah bahkan hingga di luar pulau.



Sementara, menurut Ridwan Akbar, profesi ini sebenarnya pilihan. Tidak semua yang berada di kampungnya akan berakhir menjadi tukang cukur.

"Kalau kitanya malas, ya biasanya menjadi tukang cukur. Tapi ada juga yang sukses di bidang lain," ungkapnya.



Benang merah dari kisah mereka adalah, pencukur rambut yang berasal dari Garut, biasanya bekerja dengan apik dan rapih. Mereka juga senang melayani pelanggannya dengan membuka obrolan ringan yang dekat dengan keseharian masyarakat.

Lebih dari itu, Ridwan menjelaskan, sebelum bekerja di Frank's ia menjadi pencukur rambut di tempat yang lebih sederhana. "Kalau bekerja di barbershop yang seperti ini (yang berkonsep), itu seperti puncak karirnya seorang pencukur rambut dari kampung sih," jelasnya.

(ass/hkm)

Hide Ads