Seperti kayu lesung asal Tuban yang didapatkan dari ayahnya. Biasanya lesung sebagai tempat menumbuk padi dan di tengahnya terdapat lubang. Kini, Iwet menjadikannya meja sebagai tempat pajangan.
Di atasnya terdapat tungku dan canting untuk membuat, dua buah lampu pijar berwarna putih, dan jam weker dengan warna senada. Di dekatnya, sebuah peti antik tua berwarna coklat berasal dari Taiwan juga sebagai meja untuk menaruh tumpukan buku.

Serta sketsel yang berasal dari Taiwan juga ditempelkan ke dinding sebagai penyanggah bagian depan kasur. "Dulu ayah saya pilot dan headboard didapatkannya di sana," katanya kepada detikHOT, Kamis (22/5/2014).
Benda antik di dalam kamar tidurnya itu terdiri dari empat bagian. Setiap dua bagian memiliki gambar yang sama. Di antaranya ada yang bergambar pemandangan alam dengan pria memakai pakaian ala China. Serta kuil-kuil di sana.
Di kedua sisi bagian kasurnya juga terdapat meja kecil yang juga nampak antik. Di sini, hanya ada warna putih polos, baik cat dinding maupun sprei kasurnya.
Satu lagi benda warisan Iwet, yakni karpet tenun dari Turki yang diletakkan sebagai alas meja makan. "Ini dari ibu saya," ujarnya.
Menurutnya, rumah kedua orangtuanya di Pondok Gede memang bergaya tradisional unsur Jawa. Di sana terdapat tiga pintu gebyok dan masih banyak benda-benda antik.
"Satu pintu gebyoknya ada di kamar tidur saya," kata pria yang bernama lengkap Wethandrie Ramadhan itu.
(tia/ich)











































