Digelar di Antara Pepohonan, Mistisnya Tari 'Hutan Pasir Sunyi' Dedy Lutan

Digelar di Antara Pepohonan, Mistisnya Tari 'Hutan Pasir Sunyi' Dedy Lutan

- detikHot
Jumat, 16 Mei 2014 14:22 WIB
Para penari mengelilingi pohon kenari babi (Dok.Dimaz Luthan/ Dedi Lutan Dance Company
Jakarta - Alam adalah panggungnya. Ketika matahari pagi bersinar dengan terik, rangkaian tarian 'Hutan Pasir Sunyi' yang dibawakan Dedy Lutan Dance Company pun dimulai, Selasa lalu (13/5/2014).

Satu penari wanita memakai pakaian adat khas Dayak Ngaju itu pun menari. Ia dikelilingi oleh enam penari pria. Gerakan tarian mereka disesuaikan oleh bebunyian garantung (gendang) yang ditabuh.

Tarian yang disebut persembahan kepada alam tersebut hanya berlangsung beberapa menit saja. Dilanjutkan oleh belasan penari wanita memakai pakaian adat berwarna merah.

Sehingga sampailah pada inti dari serangkaian tarian 'Hutan Pasir Sunyi'. Di bawah pohon kenari babi, salah satu koleksi Kebun Raya Bogor yang berusia lebih dari 128 tahun, para penari pria dan wanita menaikinya. Bergerak seirama laiknya menyatu dengan pohon.

Penari pria bertelanjang dada, dan hanya memakai celana panjang berwarna hitam. Sedangkan wanita berpakaian adat suku Dayak, Kalimantan Timur. Pohon setinggi 45 meter tersebut adalah porosnya. Sontak para penari yang tadinya menyebar, menjadi mengerucut dan membentuk lingkaran kecil.

Gerakan mereka seperti menyembah terhadap pohon. Alam pun turut mengamini gerakan tarian Dedy Lutan Dance Company. Dedaunan jatuh meski tak ada angin saat itu, khususnya saat garantung ditabuh kian kencang. Suasana mistis dan khidmat terasa sekali di sana.

Pementasan tari DLDC kali ini terinspirasi dari kegelisahan masyarakat pedalaman Indonesia. Kondisi hutan tropis Kalimatan telah berubah menjadi gurun-gurun pasir.

"Saya ingin menyampaikan tentang alam, tradisi, dan Manusia Dayak," ujar sutradara sekaligus pendiri Dedi Lutan Dance Company (DLDC), Dedy Lutan di Kebun Raya Bogor.

Dalam karyanya kali ini yang merupakan syarat kelulusan ujian S3, Dedy Lutan memberikan tiga pesan yakni tentang pencerminan keselarasan alam dalam budaya hutan yang menampakkan keteduhan dan kesejukan.

Kedua, tentang tradisi suku Dayak yang selalu berorientasi atau berakar pada hutan memberi kekuatan dan sikap komunal yang akrab. Serta terakhir, manusia Dayak masa kini menuntut pengakuan akan keberagaman dan kedinamisan yang terkadang sangat bertentangan dengan kebiasaan-kebiasaan Dayak lama yang lebih arif.

Sebelumnya, pentas ini juga pernah diadakan di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, pada 8 Mei lalu. Usai tarian 'Hutan Pasir Sunyi', Dedy mendapatkan predikat tertinggi di ujian kelulusan disertasinya dari Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta.




(tia/mmu)

Hide Ads