Mata adalah kunci, setidaknya ini yang terasa ketika detikHOT ikut mencoba pengalaman masuk dan napak tilas secara maya ke masa jayanya Majapahit. Tatapan mata kita seolah mengisyaratkan perintah, patung mana yang akan kita gali informasinya. Sangat menarik dan terasa hidup.
Sajian yang diberikan oleh Bakti Budaya Djarum Foundation dan bekerja sama dengan Anantarupa Studios ini diharapkan bisa menggaet minat anak muda akan sejarah, budaya dan kesenian bangsa ini.
"Semoga masyarakat luas dan generasi muda bisa tetap menikmati karya-karya dari bangsa kita sendiri. Kami cukup prihatin sebenarnya, ini menjadi motivasi kita juga, di mana kalangan luas dan generasi muda kita sampai saat ini merasa kehilangan aset nasional, budaya khususnya," jelas Sigit Diapsoputra, perwakilan dari Bakti Budaya Djarum Foundation dalam konferensi pers di Senayan City, Jakarta (13/05/2014).
"Mungkin secara nyata kita itu belum pernah melihat peninggalan candi-candi Majapahit secara utuh, tapi kami berharap bahwa lewat virtual reality ini kita akan bisa melihat sebuah museum di mana di dalamnya merupakan gambaran dari kerajaan Majapahit yang sesungguhnya."
Virtual reality museum Majapahit ini menjadi sebuah cara baru yang dapat menghilangkan batas waktu dan ruang untuk melihat apapun melalui media Oculus Rift, yaitu alat berbentuk kacamata dengan teknologi yang dapat memberikan simulasi konten virtual yang membawa penggunanya masuk ke dalam dunia maya. Konten yang disajikan dalam napak tilas maya ke era Majapahit ini ada 10 replika maya.
Rata-rata artefak aslinya tak lagi berada di nusantara, dan bertengger di wilayah Barat. Misalnya adalah patung Adityawarman, kini berada di Museum Tropen di Amsterdam, Belanda. Lalu Arca Penunggang Gajah di Rijsk Museum, Amsterdam, Belanda. Juga patung Tribhuanawijayatunggadewi atau Parwati yang berada di The Metropolitan Museum Of Art, New York, Amerika Serikat, dan masih banyak lagi.
Baik Bakti Budaya Djarum Foundation maupun Anantarupa Studios berencana mengreasikan hingga 58 replika maya dari era Majapahit ini, dan akan dikerjakan secara bertahap. Ivan Chen, selaku Direktur Anantarupa Studios menuturkan harapan dari proyek budaya ini.
βKami berharap kehadiran virtual reality museum Majapahit ini membuka ketertarikan kaum muda dan masyarakat luas untuk lebih dekat dengan sejarah dan mengilhaminya dengan pengalaman baru secara visual tanpa terbatas ruang dan waktu," jelasnya.
Karena baginya, sejarah bangsa, bukti-bukti sejarah sebuah bangsa dan bagaimana filosofi hidup dari para leluhur kita dalah sebuah pegangan penting bagi sebuah negeri. Ini adalah hal yang patut kita jaga dan lestarikan, agar tak pernah lekang dimakan zaman.
(ass/ich)











































