Seperti yang dilakukan oleh Isha Hening. Awalnya saat ia kuliah jurusan DKV-Multimedia ITB Bandung, Isha ini sering mencari uang tambahan untuk bekerja paruh waktu.
"Lalu saya kenal dengan motion graphics. Kebetulan saya juga suka membuat musik elektronik dan dulu pernah bergabung di komunitas Openlabs di Bandung," katanya kepada detikHOT Jumat akhir pekan lalu di Cafe Barbara, Kemang Village, Jakarta Selatan.
Komunitas tersebut bergerak di bidang electronic musics dan new media art. Dari situ, Isha mulai mengenal dunia VJ dan tertarik mempelajarinya.

Profesi tersebut menggabungkan kemampuan antara motion graphics dengan live performance arts. "Tapi saya tidak langsung jadi VJ, tadinya mau jadi editor atau animator saja. Baru semester akhir mau."
Teknik video mapping yang kini digelutinya tidak semata-mata diajarkan saat kuliah. Namun, Isha justru belajar sendiri atau otodidak.
"Kuliah saya memang jurusan design multimedia, dari sana cukup membantu mengembangkan dasar-dasar mendesain yang sangat terpakai di profesi sekarang ini," ujarnya.
Selama setahun Isha pernah juga mengajar jurusan design di LaSalle College Jakarta. Hingga kini sudah ada puluhan video mapping yang dibuatnya. Ditambah untuk backdrop panggung saat konser dan pembuatan video klip.
Dalam setahun, Isha mengatakan ada sekitar 5 hingga 10 project yang dibuatnya sejak 2009 silam. Inspirasinya pun bisa datang dari mana saja dan kapan saja.
"Alhamdulillah, saya orangnya suka bengong dan melamun yah.. Jadi tidak kesulitan dalam mencari ide, ha..ha..ha," ujar Isha.
Kemampuannya dalam dunia seni juga dilatarbelakangi dari ayahnya yang juga seorang pelukis lulusan ISI Yogyakarta. Namanya Haris Purnomo. Namun, hal itu bukan satu-satunya turunan bakat.
"Semuanya saya jalankan pelan-pelan dan dikembangkan sendiri." Project video mapping pertamanya adalah ketika bekerja sama dengan Sembilan Matahari saat 2010 silam di Universitas Pelita Harapan, Tangerang.
Setelah itu, ia mulai bergerak sendiri, freelance, dan kini tergabung dalam sebuah tim audio visual bernama DATAMOSH. Bersamanya, ia sudah dua kali membuat backdrop panggung untuk pembukaan ARTE Indonesia Arts Festival tahun 2013 dan 2014.
(tia/utw)