Tak hanya itu saja, berbagai warna dan visualisasi pun ikut bermain. Inilah ilusi optik yang dinamakan video mapping. Karya seni instalasi ini menggunakan teknologi rekayasa animasi virtual dan menggabungkan efek dua dimensi, tiga dimensi dan realitas.
Sayangnya di Indonesia, seniman yang berkecimpung dalam bidang ini masihlah minim. Ada beberapa yang awalnya dari seniman visual atau disebut visual jockey (VJ), namun ada juga yang mengkhususkan dirinya pada video mapping.
Pertengahan pekan ini, detikHOT menyajikan liputan khusus mengenai seluk beluk dunia seniman video mapping. Serta memuat beberapa profil senimannya. Tentunya, ulasan mengenai honor tetap menarik diulas.
***
Tak banyak masyarakat Indonesia khususnya Jakarta yang sering dan mampu menonton video mapping secara gratis di depan publik. Bahkan banyak di antaranya hanya dipertontonkan di dalam event tertutup dan berkelas elite.
Padahal karya yang menggabungkan pemetaan film dan video menjadi seni pertunjukan ini justru menjadi seni yang atraktif, menarik dan tampak hidup bagi pengunjung.

"Video mapping justru membuat karya seni menjadi menarik dan lebih dekat dengan masyarakat. Karena publik kita dekat dengan kultur menonton," ujar Adi Panuntun, pendiri Sembilan Matahari kepada detikHOT Sabtu akhir pekan lalu (15/3/2014) di Galeria Fatahillah, Jakarta Barat.
Sembilan Matahari adalah satu dari sedikit kelompok yang memang bergerak di bidang video mapping.
Misalnya saja buat Adi, ruang publik saat ini terlalu banyak dijejali dengan billboard iklan yang berbau komersialisasi, maupun iklan calon legislatif (caleg) dari suatu partai tertentu. Hal ini tentu saja membosankan dan mungkin mengganggu untuk beberapa pihak.
"Kita harus melakukan intervensi dengan teknik video mapping ini. Sehingga bisa jadi ruang inspiratif publik," ujar Adi.
Seni video mapping tak hanya menggabungkan teknologi dua dimensi dan tiga dimensi saja. Namun, juga suasana realitas yang terjadi di lingkungan sekitar melalui media digital yang realtime.
"Ia menghasilkan bentuk baru dan fantastis yang bisa mengubah stigma masyarakat. Kuncinya ada di visual."
Hal yang sama juga dikatakan oleh Isha Hening. Seniman yang berprofesi sebagai visual jockey (VJ) ini mengatakan video mapping hanyalah medium dari bidang motion graphics, visual effects, dan animasi.
"Ibaratnya pelukis, kanvasnya selalu bermacam-macam. Bisa kain, kayu, kaca dan lain-lain," ujarnya kepada detikHOT di Kemang Village, Jumat lalu (21/3/2014).
Isha mengakui memang dengan karya seni ini masyarakat bisa dengan mudah menangkap berbagai hal objek maupun pesan yang ingin disampaikan. Selain itu, video mapping pun bisa dianggap hiburan gratis yang layak ditonton.
(tia/utw)











































