Ada beberapa hal menarik dari topeng ini. Di antaranya bahwa topeng-topeng yang diukir dari batu kapur itu dijuluki 'portraits of the dead'. Kenapa?
Karena ada kesamaan patung-patung ini dengan beberapa tengkorak leluhur yang digunakan dalam upacara keagamaan dari desa di sekitar tempat penemuan topeng.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada juga teori yang mengatakan topeng ini berasal dari bukit Judean. Topeng ini tak lebih dari sekadar hiasan dinding yang dipasang di tiang-tiang rumah. Dengan membuat patung, masyarakat saat itu percaya bahwa ada pencipta alam yang mempengaruhi hidup mereka.
Masyarakat zaman batu yang mengukir patung itu tergolong kaum pertama yang berhenti jadi masyarakat nomaden dan tinggal menetap. Belum ada budaya tulis menulis hingga fungsi topeng hanya bisa diperkirakan.
"Sangat luar biasa bisa memamerkan patung-patung untuk pertama kali ini di tanah para leluhur di Israel," kata James Snyder, direktur Israel Museum seperti dilansir Daily Mail Kamis (6/3/2014).
"Kami melakukan ini pertama untuk meneliti secara intensif dan komparatif. Juga untuk memperlihatkan pada masyarakat tentang leluhur mereka."
Masing-masing topeng beratnya sekitar 1-2 kilogram. Ada kemungkinan dulunya topeng-topeng ini diwarnai, meski yang kini tersisa hanya satu warna saja. Patung-patung itu punya bentuk mata besar yang hampir sama, kecuali bentuk mulutnya yang terbuka secara berbeda, tergantung leluhur mana yang diwakilkan.
Di sisi-sisi wajah topeng ada lubang-lubang yang diperkirakan digunakan untuk mengaitkan tali pengikat. Bisa jadi juga untuk memunculkan rambut supaya sesuai dengan bentuk tampilan manusia.
Museum Israel sebelumnya sudah punya dua topeng selama bertahun-tahun. Pertama dari yang mereka temukan di gua Nahal Hemar padang pasir Judean. Satunya lagi ditemukan di Horvat Duma dekat bukit Judean.
Salah satunya juga sempat disimpan oleh Dr. Debby Hersman, kurator Israel Museum serta Pameran Sejarah Prehistoris dan Face to Face itu.
Hersman membantu para ahli di Tel Aviv University untuk menggali asal geografis topeng, dan menggunakan laboratorium arkeologi terkomputerisasi di Hebrew University of Jerusalem untuk menghasilkan analisa tiga dimensi.
(utw/utw)











































