Balada Pelukis Ruang Sidang

Balada Pelukis Ruang Sidang

- detikHot
Kamis, 27 Feb 2014 14:07 WIB
Balada Pelukis Ruang Sidang
(dok. Daily Mail)
Jakarta - Seni memang tak hanya ditujukan sebagai sesuatu yang bersifat dekoratif dan hanya memenuhi unsur estetis. Dalam perjalanan sejarahnya, seni juga memiliki peran sebagai bahan pendataan.

Misalnya dulu, ketika teknologi fotografi belum ditemukan. Banyak para pelukis asal Eropa yang dikirim ke wilayah jajahannya, untuk mendokumentasikan kondisi alam negeri calon jajahannya.

Kali ini ada kisah dari para pelukis di ruang sidang, Elizabeth Cook, Priscilla Coleman dan Julia Quenzler. Mereka merupakan tiga seniman utama dalam persidangan di Inggris.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka telah mengikuti beragam persidangan dan menggambar ribuan figur dalam laporan gambarnya. Mulai dari kasus narkotika, pembunuhan sampai kasus yang melibatkan selebriti.



Profesi ini tak mudah dijalankan, sebagai manusia ia juga kadang ikut berempati pada kepedihan yang dialami oleh korban. "Salah satu yang membuat hatiku pedih adalah sidang pembunuhan Stephen Lawrence, dengan dua tersangka Gary Dobson dan David Norris yang telah terjadi pada 18 tahun silam," ujar Elizabeth Cook dilansir The Guardian (27/2/2014).

Dalam lukisan yang ia buat, Elizabeth menggambarkan sosok tersangka yang duduk tak jauh dari orang tua korban. Ia menggambarkan wajah kedua orang tua ini yang dipenuhi duka dan kepedihan setelah menunggu keadilan selama 18 tahun.

"Melihat pasangan ini, aku merasa sangat tersentuh. Mereka selalu datang pada setiap persidangan dan selalu mendengarkan tiap detail kasusnya. Mereka memiliki harga diri yang sangat hebat."

Elizabeth menceritakan, bahwa setiap melukis wajah dalam ruang persidangan, ia perlu memperhatikan detail dari ekspresi subjeknya.

Para pelukis di ruang sidang ini tidak diizinkan untuk melukis di dalam ruang tersebut. Mereka hanya diizinkan untuk melakukan observasi sesaat dan mulai menggambar di luar ruang sidang.

"Saat melakukan observasi aku perlu membagi wajahnya jadi tiga. Yang pertama adalah bentuk dari kepala dan rambutnya. Rambut merupakan hal yang penting. Lalu aku perhatikan alis juga matanya. Kemudian perhatikan bagian hidung, mulut dan dagunya," kata Elizabeth.

Setelah merasa bekal observasinya sudah cukup, ia meninggalkan ruang sidang dan mencari sebuah tempat untuk menggambar. "Waktuku tidak lama dan aku harus berkonsentrasi pada gambar."

(ass/utw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads