Kali ini, judul karya Ika Vantiani adalah 'Dirty Dancer'. "Karena saya ingat film judulnya Dirty Dancing waktu membuat poster ini," katanya kepada detikHOT Selasa (11/2/2014).
Dalam poster terdapat gambar perempuan sedang menari. Maknanya, menggambarkan mengenai kekuatan penari dan bagaimana upaya melawan kekerasan yang tak pernah berhenti.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ika menjelaskan bahwa ia sebagai seniman dikelilingi oleh teman-teman yang memiliki kepedulian akan isu sosial di Indonesia.
"Terlepas dari mereka mengakui dirinya sebagai seniman atau tidak, namun cara mereka dalam menyuarakan kepeduliannya akan isu sosial dalam tingkatan lokal maupun global dalam bentuk karya seni sangat inspiring dan memicu saya untuk ikut menyuarakan kepedulian saya dalam berbagai bentuk karya yang saya buat," ujarnya.
Selain itu, Ika juga membuat desain poster. Poster tersebut dicetak dan dijual dengan harga Rp 10 ribu per lembarnya. Ada beberapa seniman yang ikut berpartisipasi dengan mendaftarkan karya mereka kepada pihak penyelenggara OBR Indonesia.
Dari situ, terpilih 10 karya poster yang dicetak. Di antaranya Metavana, Ellena Ekarahendy, Sapriyadi Putra, Ika Vantiani dan Gery Paulandhika.
Ia tertarik untuk ikut berkontribusi di gerakan ini karena mendukungnya sekaligus menyukai kegiatan menari. "Dan saya merasa tarian adalah salah satu cara yang sangat menarik."
Ini merupakan kali pertama Ika turut serta dalam gerakan OBR. Ia juga merasa senang karena bisa mengikuti beberapa kegiatan pra acara. Serta tentunya ikut menari di tanggal 14 Februari nanti.
Menurutnya, OBR menawarkan sebuah bentuk gerakan yang belum banyak diketahui orang di sini yaitu dengan menari. "Kalau untuk kebanyakan orang yang lebih sering mendengar kata gerakan dan perlawanan adalah dengan turun ke jalan, mengepalkan tangan, dan dalam nada penuh kemarahan."
Sedangkan gerakan ini menawarkan hal yang berbeda. "Saya merasa semua orang berhak melawan dengan cara yang menurut mereka nyaman dan menyenangkan," jelasnya.
Ia berharap nantinya gerakan ini bisa menjadi awal bentuk kepedulian dan dukungan yang lebih besar bagi persoalan kekerasan terhadap perempuan. Serta perlawanan yang sarat akan nuansa kesenian.
"Dan tentu saja seni sendiri luas, tidak hanya tarian dan presentasi visual. Artinya peran seni buat saya sendiri besar sekali dalam gerakan aktivisme, karena dengan berbagai bentuk seni, isu-isu aktivisme bisa disampaikan dengan lebih efektif sekaligus inspiratif."
(ass/tia)