Tepatnya di Bajawa, kampung Tololela, Flores, kali ini Maryam kedapatan peran sebagai Bella. Bella ini merupakan ibu hamil yang harus tetap melakukan kegiatan berat sehari-harinya, seperti menjemur kemiri atau melewati bukit demi mencapai ladang. Ia menceritakan bagaimana harus kerja keras melatih logatnya supaya berubah, demi untuk pembuatan film Inerie.
"Senang banget waktu dapat tawaran peran untuk syuting di Flores. Untuk bertemu dan bisa berinteraksi langsung degan penduduk Flores, terutama di Bajawa tentunya ini bisa jadi pengalaman yang luar biasa," ujarnya kepada detikHOT (22/01/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama sekitar satu pekan, Maryam punya kesempatan menyerap logat sekaligus berlatih aksen khas kampung Tololela. Selama berada disana pun ia menginap dan tinggal bersama warga lokal.
"Setiap hari harus digilir untuk menginap di rumah-rumah penduduk. Ini merupakan tradisi disana, agar tak ada yang iri hati bila rumahnya tak disinggahi," kata Chairun Nissa, Sutradara film Inerie.
Untuk bahasa di Bajawa, Flores itu konon katanya bahasa yang mereka gunakan itu merupakan perpaduan dari bahasa Jerman, Korea dan Thailand. Meski kini mereka pun sudah fasih dalam berbahasa Indonesia yang fasih.
"Disana juga banyak yang gunakan bahasa Indonesia baku. Namun untuk bahasa daerah itu tentu saja ada bedanya. Bahasa daerah, kampung A dengan kampung B itu bisa beda padahal jaraknya tidak terlalu jauh," jelas Maryam.
Ia mencontohkan, ada warga yang mengucap kata 'Jabau' sementara, yang lainnya menyebut 'JauBau. Ternyata ini artinya sama, 'Saya tidak mau'. "Mereka juga kalau berbicara itu cepat sekali, tapi untungnya bisa berbahasa Indonesia, jadi kadang saya minta maaf agar ia mengulangi ucapannya."
Saat tengah syuting, Maryam menjelaskan bahwa pada dasarnya dialog di film ini tetap lebih banyak menggunakan Bahasa Indonesia. Namun ia tetap harus berlatih keras agar bisa menguasai logatnya dengan baik.
"Malam pertama sampai disana, saya mendengarkan mereka bicara dulu. Hari kedua sudah mulai coba pakai logat, akhirnya sudah mulai nanya-nanya terus artinya dari sebuah kata. Lumayan akrobat juga latihannya," kata Maryam. Disana ia juga didampingi semacam penerjemah dadakan, yakni seorang pria bermana John.
Ia merupakan warga setempat, dan untuk berkonsultasi makna dari sebuah kata atau cara pengucapan, Maryam sering meminta bantuannya. "Tapi kadang penerjemahnya juga memberi pilihan kata terlalu banyak. Dia sebenarnya orang sana, tapi berasal dari kampung berbeda."
(ass/utw)