Jose Choa Linge, Rajin Merawat Sekaligus Mendengarkan 12 Ribu Koleksi Kaset Pitanya

Kabar Nasib Kaset Pita di Era Digital (1)

Jose Choa Linge, Rajin Merawat Sekaligus Mendengarkan 12 Ribu Koleksi Kaset Pitanya

- detikHot
Jumat, 17 Jan 2014 09:32 WIB
Sebagian koleksi Jose. (Tia Agnes Astuti/detikHOT)
Jakarta - Seiring perkembangan teknologi dan musik Indonesia, kaset dan piringan hitam kini menjadi barang langka dan berharga. Padahal di zamannya dahulu, mereka memegang peranan terpenting dalam industri rekaman Indonesia.

Ditambah dengan tutupnya salah satu perusahaan rekaman terbesar di Indonesia, yakni Aquarius Mahakam pada akhir Desember 2013 lalu. Hal itu kian menguatkan eksistensi dari era digital musik di negara ini.

Sekarang, hanya ada segelintir orang saja yang masih melestarikan kaset, merawatnya, dan membeli barang bersejarah tersebut. Jelang akhir pekan ini, detikHOT membahas mereka yang masih mencintai kaset dan menjaganya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mulai dari para kolektor puluhan ribuan kaset, sampai para pedagang kaset di kawasan Blok M Square, Jakarta Selatan. Serta bagaimana tips merawatnya.

***

Di rumah mungilnya yang terletak di kawasan Pondok Kelapa, Jakarta Timur ini, Jose Choa Linge menyimpan harta karunnya. Ia memajang di rak sepanjang dinding rumahnya. "Koleksinya ada sekitar 12 ribuan kaset," katanya kepada detikHOT Kamis (16/1/2014) lalu.



Sejak 12 tahun lalu, pria asal Makassar ini mengoleksi kaset pita dan kini menjadi barang berharga miliknya. Ia menceritakan hobi ini dilakoninya sejak ia merantau ke Jakarta dan mulai bekerja di industri perfilman.

"Awalnya saya koleksi patung-patung dulu. Tapi sekarang rajin dan yang utama kaset," ujarnya.

Pria yang akrab disapa Jose ini mengatakan sejak kecil ia sudah mendengarkan piringan hitam ketika di kampungnya dahulu. Serta saat remaja ia juga sangat menyukai mendengarkan lagu dari kaset-kaset tersebut.

Kebiasaan ini dibawanya sampai Jakarta. Awalnya, ia hanya membeli borongan kaset bekas yang dari pemulung yang lewat di depan rumahnya. Lambat laun, ia pun ikut berburu sampai ke pasar tradisional di Jakarta dan pelosok daerah.

"Kalau aku pergi kerja, aku selalu sempatkan ke pasar loak. Aku cari barang-barang jadul termasuk kaset itu. Lalu ia memborongnya dengan harga murah," kata Jose.

Humas dari Komunitas Pecinta Musik Indonesia (KPMI) ini mengatakan paling pantang membeli kaset dengan harga mahal. Ia hanya membeli kaset dengan harga di bawah Rp 100 ribu.

"Rata-rata kaset yang saya beli ada yang Rp 5 ribu, Rp 25 ribu, paling mahal yah Rp 100 ribu. Di atas itu, aku enggak mau. Aku sabar saja nyarinya," ujarnya.

Pasalnya meski membeli dengan harga, kata dia, belum tentu, isi di dalam kaset bagus. "Kalau enggak memuaskan bagaimana? Saya sangat hati-hati sekali. Orang tahu saya yang paling pelit untuk soal harga kaset."




Ia tak ingin menjadi seperti kolektor kebanyakan yang hanya hobi membeli harga mahal dengan ambisi kuat namun justru tak langsung merawatnya. Serta memasukkannya ke dalam kardus.

"Kardus itu lembab, kan kasihan kasetnya. Beli mahal-mahal tapi enggak pernah didengerin. Kalau aku didengarkan semuanya," kata Jose.












(tia/utw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads