Bagi Slamet Rahardjo, Pasangan Elly dan Dedy Lutan Ibarat Kompor dan Api

23 Tahun Dedy Lutan Dance Company (6)

Bagi Slamet Rahardjo, Pasangan Elly dan Dedy Lutan Ibarat Kompor dan Api

- detikHot
Jumat, 27 Des 2013 14:25 WIB
Dedy Lutan dan sahabatnya Slamet Rahardjo. (dok DLDC)
Jakarta - Pendiri Dedy Lutan Dance Company dan istrinya Elly Lutan, bagi Slamet Rahardjo diibaratkan sebagai pasangan kompor dan api. "Kalau Dedy itu kompornya, Elly itu apinya. Yah mereka menjadi hangat, dan panasnya ingin berkreasi terus menerus," katanya kepada detikHOT sebelum pementasan di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), Kamis (19/12/2013) lalu.

Api itu akan sangat berbahaya jika tak ada kompornya. Begitu pun sebaliknya. "Mereka pasangan yang konsisten berkarya untuk pertahankan tari tradisi."

Malam itu, aktor senior Indonesia ini diundang untuk memberikan testimoni sebagai sahabat dari Elly Lutan. Ia mengenalnya puluhan tahun lalu ketika sama-sama masih aktif berkesenian di teater.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hingga kini, persahabatan tersebut masih terjadi. Bahkan ketika seminggu sebelumnya, ia dihubungi dan diundang menonton pertunjukkan oleh Elly, Slamet langsung mengiyakannya.




"Saya ditelpon langsung oke, padahal enggak tahu mau ngapain. Yah mungkin saya ini dijadikan kesaksian bagi seniman besar dari Dedy Lutan dan istrinya," kata Slamet. Baginya menjadi seorang seniman itu haruslah apa adanya. Hal itu yang dirasakan Slamet dan ia merasa dirinya memiliki kemiripan dengan Dedy Lutan.

Ia menceritakan jika Dedy tak malu dengan mencari nafkah menari di hotel-hotel. "Dia enggak pernah merasa salah pernah menari menghibur orang-orang yang sedang makan di hotel. Dia tahu prosesnya menjadi seniman, bukan learning by doing tapi by experience."

Kerendahan hati ini yang tak dimiliki oleh seniman mana pun. Meski Dedy sempat terkena stroke tahun lalu, tapi menurut Slamet itu hanya fisiknya saja.

"Jika di militer dibilang, soul never dies, mungkin ungkapan itu yang pantas buat Dedy. Seniman itu tergantung 'nawaitu' dari awalnya," jelasnya. Jika Dedy memiliki bakat sejak lahir, suatu hari nanti bakat itu dikembalikan kepada si Pemilik Bakat. Kita manusia, kata dia, tak bisa menduga.

Namun, diusia Dedy yang menginjak 62 tahun, terlihat sekali masih adanya semangat untuk tetap konsisten di seni tari tradisi. "Tak ada yang tua dan tak ada yang renta. Mas Dedy diberikan waktu untuk menjalankan S3 nya dengan baik dan mengambil tari tradisi Kalimantan. Mementaskan karya yang sekarang ini begitu apiknya," katanya.













(tia/utw)

Hide Ads