Kisah Dua Nisan Di Depan Bangunan Gereja Anglikan Seberang Tugu Tani

Arsitektur Gereja Tua di Jakarta (4)

Kisah Dua Nisan Di Depan Bangunan Gereja Anglikan Seberang Tugu Tani

- detikHot
Selasa, 24 Des 2013 11:08 WIB
Salah satu batu nisan peninggalan zaman Belanda di halaman Gereja Anglikan. (Tia Agnes Astuti)
Jakarta - Tak ada yang banyak mengetahui bangunan bersejarah di seberang KFC Tugu Tani, Jakarta Pusat ini. Padahal usianya sudah mencapai dua ratus tahun lamanya. Lho?

Ya, gereja All Saints atau disebut Anglikan ini tertutup oleh pagar tinggi menjulang dan rimbunnya pepohonan. Ia juga bebas dari bisingnya arus lalu lintas di Jalan Arif Rahman Hakim.

Gereja sederhana ini dibangun pada 1821 oleh J. Slater, seorang misionaris Baptis. Setahun kemudian, London Missionary Society mengirim misionaris Inggris untuk melanjutkan usaha J.Slater.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sabtu pekan lalu kepada detikHOT, pengurus harian Gereja Anglikan, Suyono mengatakan bentuk gereja ini memang sederhana laiknya rumah. "Tiap minggu biasanya, yang ikut Misa adalah warga negara berkebangsaan Inggris," katanya.



Uniknya ada dua buah batu nisan di depan pekarangan gereja. Menurutnya, masih banyak batu nisan yang dimasukkan ke dalam tembok. Ia menceritakan jika nisan tersebut dibawa ke sini dari tanah di belakang Kantor Pos Besar pada November 1913.

Satu nisan milik Kapten James Bowen yang gugur di Sambas, sebelah utara Pontianak. Serta sisanya milik Letnan-Kolonel W.Campbell.

Sejarawan Adolf Heuken SJ dalam bukunya 'Gereja-Gereja Tua di Jakarta' menuliskan jika gereja ini bergaya tropical georgian yang menekankan bentuk persegi empat yang panjang, dan pintu utama ditonjolkan dengan portiko yang berpilar.

Gerejanya tidak memiliki tembok luar, hanya tiang batu bata gaya Toskan yang diplester. Di atasnya, masih menggunakan genteng merah bata yang khas Batavia. Serta adanya simbol Salib di puncaknya.

Di foto tahun 1980an, beranda samping gereja masih terbuka. Namun, kini sudah tertutup oleh tembok. Sehingga bangunan ini terkesan rumah persegi empat yang berwarna putih saja.

Di depan gereja dan di sekitar batu nisan, juga tampak sebuah gazebo kayu beratapkan kubah yang terlihat tua. Diperkirakan, kata pria yang sudah bekerja sembilan tahun itu, gazebo dibangun pada 1995 lalu.



(tia/utw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads