Cantiknya Gereja Bundar di Seberang Stasiun Gambir

Arsitektur Gereja Tua di Jakarta (3)

Cantiknya Gereja Bundar di Seberang Stasiun Gambir

- detikHot
Selasa, 24 Des 2013 10:27 WIB
Orgel besar dari tahun 1841. (Tia Agnes Astuti/detikHOT)
Jakarta - Gereja ini berdiri di tengah-tengah Jakarta Pusat atau berada di seberang Stasiun Gambir. Di kejauhan, bangunannya sudah tampak berbentuk bundar dan berwarna putih. Ditambah dengan pilar-pilar penyanggah yang mengelilingi. Cantiknya!

Dahulunya, ia disebut Willemskerk. Tapi pada 1948 dikenal dengan nama Gereja Imanuel. Kini, dipakai sebagai rumah ibadat utama 'Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat' (GPIB).

Menurut anggota Majelis GPIB, Trully Kainama gereja ini memiliki beberapa keunikan. Di antaranya deretan tiang yang membuatnya terasa megah, kayu jati yang digunakan untuk kusen, daun pintu, dan jendela krepyak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



"Yang khas juga adalah orgel di gereja yang dibuat oleh pembuat orgel termahsyur, Fa J.J Batz di Belanda tahun 1841," katanya kepada detikHOT Jumat (20/12/2013) lalu di Gereja Imanuel Jakarta Pusat.

Alat musik ini mempunyai 1116 pipa yang terbagi atas 16 register yang dapat dimainkan dengan 2 klavir manual dan klavir pedal. Setiap registernya mempunyai warna suara tersendiri.

"Orgel ini termasuk yang paling awet dan indah di Asia. Tahun 1985, orgel ini dipugar oleh Fa.Flentrop di Belanda dan punya reputasi internasional," ujar Trully.






Pembangunan gereja ini dimulai pada 1834, berdasarkan hasil rancangan dari J.H. Horst. Lima tahun kemudian, ia diresmikan.

Gereja bergaya klasisisme atau neo klasik bercorak bundar di atas panggung batu yang kokoh setinggi tiga meter. Bagian depan, menghadap Stasiun Gambir dengan enam pilar bergaya Romawi.

Di sisi lainnya, mengikuti bentuknya yang bundar dengan dua lingkaran konsentrik. Menurut buku 'Gereja-Gereja Tua di Jakarta' karya Adolf Heuken SJ, bentuk bundar ini dipakai di Gereja Kubah di Kota, Jakarta Barat.



Sayangnya, gubernur-gubernur Daendels membongkar Gereja Kubah di Kota. Serta Gereja Portugis di dalam Kota yang terbakar di hari Daendels masuk ke Batavia.

Pada zaman itu, Raja Belanda Willem 1 berupaya menyatukan umat-umat Protestan untuk membangun satu gereja. Di wilayah jajahannya yakni Batavia, gereja tersebut didirikan.



Tak hanya ada orgel raksasa yang terpampang di langit-langit gereja, tapi di sana juga disimpan Kitab Suci yang dicetak tahun 1748 oleh N.Goetzee di Belanda. Serta papan-papan kayu yang mencantumkan nama pendeta 'Nederduitse Gemeente' dan pendeta bagi yang berbahasa Melayu.














(tia/utw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads