Ya, patung tersebut berjudul 'Duduk Termenung' adalah hasil kolaborasi dari Budi Karmanto dan pematung Bambang Win.
Khusus untuk proyek Festival Cikini, mereka bekerja sama. Konsep ide dasarnya adalah Budi dan si pembuat patungnya adalah Bambang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Patung 'Duduk Termenung' ini menurut Budi menceritakan mengenai kisah para warga bantaran kali yang rumahnya digusur namun tetap tenang-tenang saja. Mereka mendapatkan iming-iming dapatkan rumah susun (rusun).
"Duduk Termenung menceritakan kisah mereka. Karena tiap hari saya lewat kawasan tersebut," kata Budi.

Pria yang belajar melukis di Gelanggang Remaja Planet Senen sejak 1985 silam ini menceritakan awal muasal ia selalu menggunakan objek kodok. Awalnya, ketika baru pertama menikah, rumahnya bersama istri kebanjiran.
Alhasil, mereka harus mengungsi. Saat banjir surut, Budi sedang membersihkan lumpur di rumahnya. Lalu, ada kodok yang duduk di atas sofa. "Saya jijik, saya usir saja pakai sapu sampai keluar rumah."
Kemudian, ia membuangnya ke Kali Ciliwung. Tak berapa lama, kodok itu kembali lagi. Ia heran dari mana datangnya.
"Saya coba saja bikin sketsa gambar dari situ. Ini pertanda, dari situ saya selalu lukis kodok macam-macam rupa," ujarnya.
Hewan amfibi ini ia simbolkan sebagai pengganti figur. Budi pun sudah membuatnya dalam berbagai bentuk.
Berbagai pameran bersama dan tunggal pernah dijalaninya. Seperti April tahun ini, pameran tunggal bertajuk 'Catatan Harian Biru' baru saja digelarnya di Galeri Cipta III, TIM.
Februari mendatang ia kembali akan mengadakan pameran bersama dengan seniman lainnya. Saat ini, Budi juga mengajar di Gandhi Memorial Intentional School di Jakarta jurusan seni rupa.
(tia/utw)