Teater Hijau 51 Lakoni Sepenggal Kisah Normalisasi Kali Ciliwung

Festival Teater Jakarta 2013 (7)

Teater Hijau 51 Lakoni Sepenggal Kisah Normalisasi Kali Ciliwung

- detikHot
Senin, 09 Des 2013 15:47 WIB
Jakarta - Berbagai cerita mengenai lingkungan sekitar bisa menjadi inspirasi dalam membuat lakon teater.

Hal ini yang dilakukan oleh sutradara Teater Hijau 51, Parulian di Festival Teater Jakarta (FTJ) 2013.

"Lakon yang berjudul 'Optimism' ini sebenarnya menceritakan sebuah kampung pinggiran Jakarta yang mau digusur karena normalisasi kali Ciliwung," katanya saat diskusi usai pentas di TIM Kamis (5/12/2013) lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia membuat banyak karakter, adegan, termasuk kisah cinta remaja ibukota yang terhalang karena ekonomi. Semuanya dikemas dengan latar belakang ragam kebudayaan, dari Betawi sampai Madura.

"Ini wajah kampung Jakarta masa kini, banyak pendatang. Ada skenario buruk dengan membakar kampung dan ada orang-orang baik yang tetap optimis sama hidupnya," ujar Parulian.

Teater Hijau 51 berdiri pada 22 Januari 1994 dan merupakan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Universitas UPN 'Veteran' Jakarta. Grup teater berbasis kampus ini juga sempat mengalami masa pasang surut.



Namun, di tahun penyelenggaran ke 41 di FTJ, mereka membawa banyak pemain ke atas panggung. "Totalnya ada sekitar 30 pemain," katanya.

Para pemain tersebut mewakili warga kampung pada umumnya. Ada yang berperan sebagai Pak Lurah, Pak Hansip, Pak RT, pengamen yang menjadi tokoh sentral, pekerja seks komersil, ibu-ibu sosialita, ibu-ibu gosip, dan sebagainya.

Saat pementasan, detikHOT berkesempatan menontonnya. Adegan dimulai ketika warga kampung senam bersama dengan gembiranya.

Tapi mereka dikagetkan oleh rumor mengenai adanya normalisasi Kali Ciliwung dan kampung bantaran kali ini harus digusur. Pak Lurah sebagai yang berwenang berkewajiban memberikan kompensasi.

Sayangnya, tetap saja ada pihak-pihak yang menyalahgunakannya, hingga kampung terbakar.

"Skenario ini sudah terjadi seperti turun temurun, tapi lumrah," kata Malhamang Zamzam dalam kritiknya.



Malhamang yang pendiri Bandar Teater Jakarta sekaligus tim diskusi kritik teater mengatakan pentas Teater Hijau 51 kali ini cair, lugas, cerdas, dan tanpa beban. "Tapi strategi blackout tetap harus didiskusikan," kata Malhamang.

Semua para pemain dan kru pendukung menurutnya sudah tampil senada. Namun, ia hanya mengkritisi lamanya waktu pementasan drama realis yang menhabiskan waktu 2 jam.

Serta godaan bagi sang sutradara untuk bermain menjadi tokoh utama yakni pengamen. "Godaan untuk bermain itu memang harus dikontemplasikan. Pentasnya menghibur."
















(tia/utw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads