"Sudah siapkan saja kopi hitam dan rokok. Kita enggak tahu gerakan apa apa saja yang diciptakan ibu setelahnya," katanya kepada detikHOT di kediamannya di kawasan Mampang Prapatan, Senin (2/12/2013) lalu.
Deddy yang sudah menari sejak 1982 ini, mengatakan kedua benda tersebut menjadi kesukaan dari Gusmiati. "Ibu perokok berat, kalau enggak salah beliau suka menghisap Dji Sam Soe."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka, kata Deddy, menunggu kreasi gerakan ciptaan Gusmiati. "Karena kami sudah satu rasa dan mengalami proses karantina tiga bulan, kami mengerti kalau ibu suruh gerakan itu," ujarnya.
Pria kelahiran 30 April 1964 ini juga mengatakan jika seluruh rangkaian gerakan tari sudah didapatkan dan dihapalkan para penari. Namun Gusmiati bisa saja mengubahnya.
"Tiba-tiba ibu mendapatkan inspirasi lainnya, yah latihan 2 minggu sampai kaki bonyok-bonyok, bisa gerakannya diubah lagi," ujarnya.
Itu merupakan pengalaman yang biasa terjadi dalam proses Gumarang Sakti. Para penari sudah memakluminya dan mengulang kembali gerakan baru.
Hingga sekarang, Deddy masih mengingat salah satu kebiasaan dari Gusmiati. Para penari juga disarankan agar melakukan meditasi sendiri sebelum memulai latihan.

***
Lain lagi kenangan Dindon, sutradara 'Titian Asa'. Dindon pun sejak Gumarang Sakti berdiri sudah bergaul di lingkungan komunitas ini. "Dulu itu ibu Gusmiati bolak-balik bilang 'Ayo Don, kapan kita berkolaborasi," kata Dindon yang lebih mapan di bidang teater ini.
Jadi sebenarnya niat untuk membuat pertunjukkan kolaborasi antara seni tari dan teater sudah sejak lama. "Namun ketika ibu masih ada saya juga sibuk mengurus teater dan menyutradarai," kata Dindon saat jumpa pers sebelum pementasan.
Tak disangkanya, niatan membuat pementasan kolaborasi besar ini justru bisa terjadi setelah tidak ada Gusmiati Suid. "Tapi walau baru sekarang terjadi, sebenarnya secara emosional saya sudat terlibat sejak dulu," kata Dindon melanjutkan.

(tia/utw)