Novel Half Bad Karya Sally Green, Bakal Saingi Harry Potter dan Twilight

Novel Half Bad Karya Sally Green, Bakal Saingi Harry Potter dan Twilight

- detikHot
Selasa, 26 Nov 2013 15:05 WIB
Sally Green (dok. The Guardian)
Jakarta - Novel berseri Harry Potter dan Twilight tampaknya sudah saatnya turun panggung novel laris dunia. Tapi jangan khawatir, ada novel unik dan asyik baru yang bakal menggantikan keduanya.

Judulnya 'Half Bad' karya penulis Inggris Sally Green, 52 tahun. Kisahnya masih seputar dunia fantasi, sihir dan supernatural.

Di Inggris novel ini sudah laris manis. Itulah mengapa Sally Green langsung mendapat kontrak sebesar ÂŖ1 juta atau sekitar Rp 19 miliar untuk lanjutan buku trilogi dari penerbit Penguin itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nilai tersebut juga bermakna buku Sally akan diterbitkan di 36 negara mulai dari Kanada sampai Ukraina.



Bukan itu saja, bahkan kontrak filmnya juga sudah dibeli oleh FOX 2000 dengan Karen Rosenfelt sebagai produser.

Rosenfelt adalah juga produser film Twilight Saga yang dibuat berdasarkan novel laris dengan judul sama karya Stephenie Meyer. Twilight sendiri konon sudah menghasilkan keuntungan kotor ÂŖ2 miliar dari seluruh dunia.

***

Siapa sebenarnya Sally Green ini? Sally, 52 tahun adalah mantan akuntan yang mulai menulis buku perdananya 'Half Bad' tiga tahun lalu.

"Awalnya saya tak percaya saya bisa menulis. Tapi begitu memulai membuat kerangka novel, aku merasa sanggup terjaga hingga pukul dua pagi hanya untuk menulis," kata Sally seperti dikutip The Telegraph.

Sally ingat saat masih sekolah sempat putus asa dalam soal menulis. "Guru bahasaku tak terlalu bagus, hingga membuatku tak bersemangat. Aku ingat pernah punya beberapa ide, tapi rata-rata akhirnya membuatku bingung sendiri," katanya pada The Guardian.

Sally saat ini tinggal di Warrington, Chesire, Inggris bersama suami dan anak lelakinya yang berusia 11 tahun. Awalnya menulis untuk mengisi waktu selama anaknya bersekolah.

"Aku tak pernah berpikir bahwa aku bisa menyelesaikan novel ini. Apalagi diterbitkan. Aku benar-benar takjub."

Sally yang punya latar belakang ilmu pertambangan akhirnya bekerja sebagai akuntan sampai dia hamil. Dia sempat kuliah lagi di universitas terbuka dengan bidang ilmu sosial.

"Kuliah itulah yang membuat otakku bekerja kembali," kata Sally. Setelah belajar ilmu sosial Sally lalu putar haluan belajar penulisan kreatif.

***

Claire Wilson, dari perusahaan agen literatur Rogers, Coleridge & White, adalah orang pertama yang menemukan naskah Sally dari 200 tumpukan naskah yang diterimanya perbulan.

Hanya setelah membaca beberapa lembar Wilson langsung tertarik. "Aku langsung duduk tegak, merasa cerita ini sungguh spesial. Muncul perasaan campuran antara sangat senang dan panik -- takut ada orang lain yang lebih dulu membaca naskah ini."

"Aku benar-benar merasa bergairah, membacanya semalam suntuk dan langsung mengirimkan email kepada Sally keesokan harinya," kata Wilson.

Dalam hitungan hari Sally kemudian menandatangani kontrak dengan perusahaan yang membawahi penulis novel seperti Ian McEwan dan Nick Hornby itu.

"Buat seorang agen, menemukan karya seperti milik Sally adalah mimpi yang jadi kenyataan," kata Wilson.

Wilson terutama sangat tertarik pada fakta bahwa tak ada jawaban sederhana dalam novel Sally tentang siapa akhirnya yang menjadi pihak jahat dan pihak yang baik.

Half Bad bercerita tentang penyihir di dunia modern yang hidup diantara masyarakat Inggris. Ceritanya ada pertarungan penyihir hitam dan putih. Namun dua kubu ini bersatu saat harus menghadapi Nathan, bocah lelaki yang punya darah keturunan dari kedua pihak.

Nathan kemudian menjadi sosok yang tak diinginkan oleh siapapun sekaligus jadi obyek buruan semua orang.

Penerbit Penguin sejak awal sudah memprediksi, Half Bad akan mengalami semacam efek Twilight. Tentu saja mengingat buku ini tampaknya sangat dinikmati oleh dewasa muda sejak dipasarkan bulan Maret.

Ben Horslen, direktur editorial penerbit Puffin punya istilah berbeda. Horslen menyebut Half Bad mengalami efek Orwellian, merujuk pada efek novel '1984' karya George Orwell.

"Novel ini menciptakan kegaduhan seperti yang dibuat Orwell. Tapi dengan tambahan para penyihir," kata Horslen.

Sally disebut Horslen menciptakan sebuah masyarakat yang penuh saling curiga. Di mana keluarga sang pahlawan malah berada di bawah pengawasan pemerintah yang mengaku baik padahal tidak.






(utw/utw)

Hide Ads