Inilah yang membuat ahli sejarah asal Los Angeles Dr. Paul Koudounaris membuat foto berseri tentang beberapa tulang-belulang orang-orang yang telah meninggal. Sekaligus pula tentang bagaimana keluarga dan kerabat akan memperlakukan sisa jasad atau tulang belulang itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tengkorak dari beberapa orang yang semestinya menjadi para Santa ini dikirim ke gereja Katolik di beberapa negara Eropa berbahasa Jerman untuk menggantikan relik yang hancur selama kemunculan Reformasi Protestan," kata Koudournaris dalan buku yang berjudul sama dengan koleksi foto seperti dilansir Huffington Post.
Pameran fotonya sendiri akan berlangsung di La Luz De Jesus Gallery, Los Angeles sampai 1 Desember mendatang.


Intinya, setelah banyak seni religius di hancurkan saat konflik, gereja di abad 16 memutuskan untuk memperlakukan kerangka tubuh yang terpilih dan didandani dengan banyak batu permata dari mulia kepala hingga ke kaki, lengkap dengan rambut palsu atau wig, mahkota, permata, bulu hewan dan senjata.
Koudounaris mendapat kesempatan langka untuk mengambil gambar dari dekat kerangka-kerangka paling glamor itu. Dia berburu mulai dari pemakaman di Bolivia ke Switzerland hingga Indonesia.
Di antara obyek foto Koudounaris adalah kerangka St. Coronatus (Heiligkreuztal, Jerman, pemakaman di Gua Tana Toraja (Sulawesi, Indonesia), tengkorak bermahkota bunga di La Paz (Bolivia), rumah tulang dan salib di Pestkreuz (Leuk, Switzerland), tengkorak St. Hyacinthus (Gutenzell, Jerman), St. Pancratius (Wil, Switzerland), hingga St. Konstantius (Rorschach, Switzerland).

(utw/utw)