Tubuh yang penuh dengan tato sering membuat pria 29 tahun ini dipandang sebelah mata. Ya, karena stigma orang yang tatoan itu buruk. Dianggap preman-lah, pemakai narkoba, dan imej negatif lain.
"Buat saya, tato itu kebutuhan. Sebuah aplikasi seni yang enggak bisa dibandingkan apapun. Seperti pecinta seni kebanyakan, kadang susah mengungkapkan alasan kenapa kita mencintai itu," kata Kimik kepada detikHot, Rabu (30/10/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya yakin semua orang sebenarnya suka sama tato dan ingin ditato. Tiap orang pasti ada sisi seni-nya masing-masing," ujarnya.
Hanya saja, penyikapan mereka berbeda-beda. Keinginan atau rasa suka tersebut seringkali dibatasi aturan dan persepsi tertentu.
Ayah dua anak itu pun bermimpi suatu saat tato bisa diterima dengan tangan terbuka. Tanpa ada imej buruk, tanpa orang takut berdekatan dengan pemilik tato.
"Semua orang menyukai keindahan. Lukisan yang indah, kata-kata indah, apapun itu. Saya juga percaya semuanya mau dan butuh ditato, tapi tidak berani dengan berbagai alasan," kata Kimik.
"Seandainya bikinnya itu enggak sakit dan tidak ada larangan apapun, semua orang pasti ingin punya tato,"
lanjutnya.
***
Kimik sudah menjadi pembuat tattoo profesional, atau disebut juga artist tato sejak 2006. Pria 29 tahun ini awalnya senang melukis dan membuat sketsa, juga pecinta seni sejati.
Kepiawaian membuat tato didapat secara otodidak. Dia sering melihat orang lain mentato sambil rajin membaca berbagai referensi. Meski antara tato dan melukis punya dasar yang sama, namun seorang artist tattoo tak perlu bisa menggambar. Lho?
"Iya, kalau menurut saya, menggambar itu bisa dipelajari dan bukan jadi modal utama seorang artist tattoo. Yang penting berani menempelkan jarum ke kulit orang lain," kata Kimik kepada detikHot, Rabu (30/10/2013).
Bapak dua anak itu bilang, tidak semua orang punya keberanian berhadapan dengan jarum. Apalagi, memainkannya di atas kulit manusia. Tak berlebihan jika profesi ini hanya cocok bagi pemberani dan memiliki jiwa seni yang tinggi.
"Nomor satu ya harus berani. Baik si artist maupun klien mesti sama-sama berani. Dia harus berani tahan sakit, si artist harus berani tempel jarum. Tapi, waktu pertama kali membuat tato ya ada sedikit nervous. Lama-lama sudah biasa saja," ujarnya.
Tujuh tahun menjadi pembuat tato tak membuat Kimik bosan. Hampir tidak ada duka yang dirasakan. Semua dijalani dengan senang karena ia memang penyuka tato.
Soal bayaran, seperti seniman lainnya, berada di urutan ke sekian. Yang terpenting adalah kepuasan hati dalam melakukan suatu hal yang dicintai.
"Enggak ada dukanya. Ya, memang proses bikinnya lumayan susah, tanggung jawab juga besar. Kalau harga atau bayaran, sebanding dengan karya. Seperti karya lukisan saja, harganya bisa enggak masuk akal kan? Ya, seperti itulah. Karya seni kadang tak ternilai nominal," kata Kimik.
(utw/utw)