"Teater Koma satu-satunya teater yang paling bagus di Indonesia. Dulu ada Teater Tanah Air, Teater Populer, Teater Kecil tapi lalu sekarang sudah tak ada lagi," katanya kepada detikHOT di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia West Mall, beberapa waktu lalu.
Bukan itu saja, teater yang berdiri seusia dengan Teater Koma yakni Teater Mandiri yang dikomandoi Putu Wijaya dan Teater Bengkel Rendra hampir stagnan karena tak ada regenerasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Regenerasi juga bisa dilihat dari ada berbagai macam usia di pemain Teater Koma. "Yang tua main, tapi yang muda juga ada jadi pemain."

Kawan seperjuangan Jajang lainnya, Ratna Riantiarno pun sependapat. "Memang enggak gampang menyutradarai. Kayak kemarin pentas di Galeri Indonesia Kaya, Pak Nano sudah tidak menyutradarai. Pentas Akhir Pekan di Museum juga Rangga yang bikin naskah," katanya.
Pemain senior Teater Koma lainnya yakni Budi Ros juga pernah menyutradai. Namun, sayangnya, kata Ratna, terkadang media membandingkan garapan Nano dengan yang lainnya.
"Media membandingkan lebih bagus Pak Nano. Namanya juga baru tampil, dibandingkan Pak Nano yang sudah punya jam terbang, dan pengalaman, itu kan enggak fair," kata pemeran pembantu Wanita Terpuji Festival Film Bandung lewat film 'Get Married 3' (2012).
Selanjutnya, Ratna juga mengatakan dengan adanya sistem managemen perekrutan yang baik di Teater Koma, mampu menggaet generasi muda pecinta teater untuk belajar.
"Yang terpenting mereka bisa latihan full, fokus, dan menyeluruh selama kurang lebih tiga bulan. Satu tahun bisa pentas dua kali. Itu saja, kita sudah punya sistem perekrutan yang jelas," ujar Ratna.

(utw/utw)