Tanpa menggunakan alas kaki dan hanya memakai celana pendek selutut ia tak segan-segan melawak. Tangan kanannya dimasukkan ke dalam kaos, lalu mengeluarkannya kembali ke bawah celana.
Tak hanya itu saja, pria tersebut juga bermain dengan kain merah dan kardus miliknya. Laiknya tukang sulap, ia membuat ekspresi wajah lugu dan menunggu respon penonton agar tak sabar menanti ada apa di balik kardus itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Konsep besarnya tukang sulap ini hanya untuk membuat para penonton tertawa. Ini seperti pertunjukkan sulap tapi sebenarnya bohongan," ujarnya kepada detikHOT.
Maestro karawitan Indonesia ini juga menyatakan satu babak adegan tukang sulap tersebut merupakan bagian dari lagu 'Selingkuh'. Pasalnya, kata dia, dari lirik lagunya menceritakan banyak tipu muslihat agar mereka tertipu atau mempercayainya.
"Meski tujuannya humor, tapi tetap ada kritik sosialnya," ujar Dedek.
Konser musiknya kali ini tak hanya menampilkan sisi musikal saja, tapi juga viusal menjadi hal penting untuk digarap. Menurut Dedek yang pernah belajar jurusan Karawitan di ISI Surakarta ini aspek visual meliputi gerak, penataan artistik panggung, lighting, rias busana, properti, dan penggunaan multimedia.
"Unsur penyanyi atau sinden dan penari tetap menjadi daya tarik terpenting. Setidaknya itu kewajiban dalam orkestra," ujarnya.
Di awal dan penutupan pentas, Dedek juga melibatkan seorang bocah polos dan menyajikan solo gender. Ia diiringi orkestra violin dan saksophone serta perangkat gamelan.
"Aku mau menunjukkan regenerasi. Bahwa di kelompok gamelan kami juga ada generasi mudahnya. Generasi baru itu penting agar nama gamelan makin mulia," kata Komposer Terbaik dan Penulis Komposisi Terbaik pada Kontes Karawitan Kreatif di Yogyakarta di 1990.
(utw/utw)