Festival Taman 2013, Munculkan Ide Taman Sebagai Pusat Interaksi

Mendesain Ruang Hijau Kota Yang Ideal (1)

Festival Taman 2013, Munculkan Ide Taman Sebagai Pusat Interaksi

- detikHot
Kamis, 24 Okt 2013 10:50 WIB
Di Central Park New York, taman sebagai tempat interaksi yang bisa dicontoh. (dok.nydailynews)
Jakarta - Sebuah keluarga tampak asyik bertamasya sembari lesehan di rumput. Sementara beberapa kelompok lain kelihatan hanyut dalam kegiatan masing-masing.

Mulai dari kegiatan menggali pengetahuan seperti diskusi bedah buku dan belajar mengunakan teropong hingga berkesenian. Sementara ada sekelompok anak-anak dan remaja yang belajar bermain musik, melukis dan berlatih membuat komik.

Inilah suasana riuhnya Taman Cattleya, Jakarta Barat saat penyelenggaraan Festival Taman tanggal 19-20 Oktober 2013 lalu. Acara yang digagas oleh Komunitas Green Map Indonesia ini niatnya memang bukan sekali ini saja digelar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Acara ini sekadar mengusik kemapanan orang kota yang semakin lebih senang menghabiskan waktu luang di mal, plaza dan ruang tertutup.



"Melalui Festival Taman, kami mengajak warga untuk bergembira bersama dengan memanfaatkan fasilitas yang ada di taman," ujar Bayu Wardhana, Ketua Panitia Festival Taman Jakarta 2013.

Berikut laporan detikHOT tentang seperti apa idealnya taman atau ruang hijau di perkotaan yang nyaman untuk berkegiatan bagi masyarakat Jakarta.

***

Apa rencana mengisi akhir pekan ini? Jika jawabannya sekadar: di mal ini atau belanja ke plaza itu, bisa jadi Anda sudah terjangkiti sindroma orang Jakarta masa kini.

Ya, perlu diakui, budaya mengisi waktu luang untuk berleha-leha di taman sudah lama hilang dari warga Jakarta. Akhirnya taman-taman di Jakarta berubah fungsi. Tentu saja dibandingkan dengan mal atau plaza yang biasanya menawarkan kenyamanan tertentu.

Padahal perubahan budaya dan kebiasaan ini, menurut Bayu ada bahayanya. "Bila orang hanya tahu hidup itu, sekolah, tempat kerja dan mal, maka referensinya hanya akan tahu cari uang itu buat belanja, kan?"

Padahal jika digali interaksi antar manusia yang ditawarkan taman bagi kesehatan jiwa manusia juga penting. Hal yang tidak bisa ditawarkan oleh mal.

"Seperti interaksi sosial, kesukarelawanan dan empati. Inilah nilai-nilai yang membuat masyarakat menjadi kuat dan penting untuk kesehatan jiwa," ujar Bayu yang lulusan
Hubungan Internasional, Universitas Gadjah Mada ini.



Bayu pun mencontohkan beberapa negara yang sudah menjadikan taman sebagai tempat berinteraksi utama. Seperti Singapura atau Amerika Serikat. "Prinsipnya disana sederhana, ketika kita sudah kerja keras, kita bisa pulang atau makan siang di taman."

Maka penting, bila taman berada di tengah kota. Seperti Taman Cattleya, yang menjadi tempat bagi acara tersebut.

Taman ini berada berseberangan dengan Mal Taman Anggrek, dekat dengan kawasan yang rawan macet dan polusi. Juga dikepung oleh gedung-gedung perkantoran. Sebenarnya taman ini cukup ideal dan potensial, hanya saja belum banyak dikenal dan dimanfaatkan oleh penduduk.




(utw/utw)

Hide Ads