Setelah berdiri selama 20 tahun IVAA memang memiliki banyak program yang dikembangkan. Di antaranya adalah program jaringan arsip budaya Nusantara.
Ini adalah jejaring pengarsipan digital bersama sejumlah lembaga seni budaya di Indonesia. "Kemudian ini jadi program hibah seni, yang berdasar pada penelitian arsip," kata Farah Wardani, direktur IVAA.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Farah sendiri kini sedang menjajaki kerjasama dengan institusi pemerintah seperti Galeri Nasional Indonesia dan Dinas Kebudayaan Yogyakarta.
Tak heran ketika 'Embrio' hendak digelar IVAA termasuk lembaga pertama yang dihubungi Kepala Galeri Nasional, Tubagus Andre dan kurator dari pameran Embrio, Asikin Hasan.
Untuk pameran ini IVAA mempresentasikan arsip seni rupa, terutama arsip video dari dokumentasi pameran dan peristiwa penting dalam seni rupa yang dipersiapkan selama tiga bulan.
"Kami ingin membangun kesadaran masyarakat bahwa telah banyak peristiwa penting dalam sejarah seni rupa Indonesia dan itu ada buktinya melalui arsip," ujar Farah yang dulunya berprofesi sebagai kurator independen ini.

"Tapi saya merasa harus ada pengembangan kerja selain menjadi kurator, yang bagi saya kerjanya berjarak sekali dengan publik. Dan tak ada standar-standar yang jelas dalam wilayah kerjanya."
Menurutnya, ada masalah dalam profesi kurator seni di Indonesia, dimana tak ada legitimasi publik atau institusi yang secara legal-formal yang menetapkan standar-standar seseorang berprofesi sebagai kurator.
Seperti museum misalnya, dimana kurator koleksi negara dapat bekerjasama dengan kurator independen dalam menciptakan program-program yang mampu mengarahkan sejarah serta perkembangan seni rupa negeri ini.
"Penilaian dan kanonisasi seni rupa masih cenderung terseret pada powerplay antara relasi kolektor-galeri-seniman, yang kadang personal sekali sifatnya - tak melibatkan kepentingan publik luas atau pendidikan seni untuk publik," ujarnya.
Maka, Melalui IVAA ia merasa bisa mengembangkan wilayah kerja dengan tujuan mengembangkan arsip seni rupa yang bisa dimanfaatkan secara edukatif oleh publik.
"Saya percaya pengarsipan dan pencatatan sejarah itu sebuah kerja yang fundamental dalam pembangunan bangsa, karena dengan itu kita bisa membangun pengetahuan kita sendiri secara berkelanjutan dan mengembangkan apa yang kita punya dengan jejak yang jelas."
(utw/utw)