Kini Batik Berkembang Menjadi Populer Demi Industri

Eksplorasi Visual Batik (4)

Kini Batik Berkembang Menjadi Populer Demi Industri

- detikHot
Rabu, 02 Okt 2013 13:24 WIB
Radar Panca Dahana, budayawan.
Jakarta - Bagi budayawan Radar Panca Dahana, batik tradisional tak sekedar menjadi kebudayaan yang patut dilestarikan. "Batik mengalami masa populer demi kepentingan industri," katanya kepada detikHOT di Green Art Space Senin (30/10/2013).

Desain-desain klasik tersebut mempengaruhi berbagai kreasi batik kontemporer masa kini. Bahkan, kata Radar, ia menyebutnya sebagai batik postmodernisme.

"Karena untuk kebutuhan masyarakat dan makin berkembangnya kreativitas masa muda yah menjadi populer. Westernisasi juga jadi salah satu alasan," ujarnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kenapa disebut populer? Menurut Radar, dengan merekonstruksi, mengubah motif desain batik, dan dengan bentuk realistis masa kini bisa disebut demikian. Ditambah lagi dengan perkembangan teknologi digital printing.



Produk batik bisa tanpa memakai alat canting dan malam saja, tapi lebih cepat dengan salah satu proses industri tersebut. "Mau tak mau masyarakat kita membuat nilai baru. Tapi tetap coraknya batik."

Meski, kata sastrawan peraih medali Frix de le Francophonie (2007) ini ada sebagian orang yang masih mempertahankan seni batik tradisional. Namun, tetap saja banyak yang mencoba nilai baru. Kedua hal itu tak pernah stagnan dan memiliki peminat masing-masing.

Menurut Radar gaya populi tak pernah diam. Seni pop art tersebut tak ada kata 'isme' di belakangnya laiknya mazhab dalam seni rupa. Ia akan berkembang ketika ada sekelompok orang yang membantahnya. "Atau ada yang memunculkan neo, atau pembaharuan. Mungkin ini yang coba dilakukan oleh Heri Hito dan kawan-kawan, dengan kreasi NeoBatik," ujar Radar.

Gaya tersebut diyakininya akan mengikuti zaman dan berkembang beriringan. "Karya kita tak bisa menjadi Andy Warhol. Mungkin nanti bisa tiga dimensi, tiba-tiba gradasi, atau bisa saja tato batik. Kembali ke masyarakatnya," kata Radar.

Pria lulusan studi sosiologi di Ecole en Science Sociales, Paris pada 2001 lalu ini juga mengatakan kemungkinannya bisa jadi akan ada batik tiga dimensi. Serta bentuk kreasi anatomi batik terbaru. Sama halnya seperti perkembangan wayang kulit menjadi wayang orang dan sudah dipentaskan dalam pelbagai versi.

Hal yang sama juga dikatakan oleh Heri Hito dari NeoBatik. "Saya menyebutnya era batik masa kini adalah postmodern. Pencampuran antara budaya lama dan baru. Apa yang bagus diacak-acak, dijadikan yang lebih oke," ujarnya.

Setiap masa, kata dia, memiliki keunikan tradisi batik tersendiri. Seperti motif lokcan yang dipengaruhi oleh keramik-keramik Cina. Ia menjelaskan di era kolonial Belanda, ada motif buketan yang terpengaruh desain bunga-bunga Eropa.

Ketika era kependudukan Jepang, ada motif yang disebut Jepang Hokokai. "Dengan sendirinya, batik akan tereksplore sesuai zamannya. Di visual art ini masa postmodern enggak ada batasannya. Bahkan genrenya sudah enggak bisa dideteksi lagi," kata Heri.









(utw/utw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads