Di Jl. Saharjo, Jakarta Selatan, ada sebuah kios kecil yang dipenuhi barang dagangan berupa poster Soekarno dalam berbagai posenya. Kepada detikHOT, pemilik kios ini Doni 'BK', 54 tahun banyak berkisah tentang perjalanannya berdagang dan Bung Karno sebagai idolanya.
Meski saat ini kiosnya lebih banyak dijejali poster mantan presiden Megawati Soekarno Putri dan Gubernur Jokowi, kios ini bukan buatan partai berlambang banteng moncong putih itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kios mungil ini berdiri dan bertahan atas usaha keras Doni pribadi. "Saya memang mengidolakan Bung Karno, ia adalah penyambung lidah rakyat. Saya kalau cerita ini bisa nangis," ujarnya kepada detikHOT, Rabu (25/9/2013).
Kecintaannya pada Bung Karno lalu membawa Doni mulai menjual poster idolanya pada tahun 1973 setelah sebelumnya hanya berdagang bendera saja. Kiosnya sendiri baru dibukanya pada tahun 2005 yang kemudian sempat beberapa kali mendapat ancaman penggusuran.
Doni menyatakan senang dengan kemenangan Jokowi menjadi Gubernur Jakarta, pasalnya bila Jokowi kalah, ia akan jadi orang pertama yang digusur di wilayah Jakarta Selatan. "Kalau kemarin Jokowi kalah, saya ini jadi orang pertama yang digusur di Jakarta Selatan. Karena saya dianggap arogan dengan terus memberikan dukungan kepada Jokowi."
***
Sebelum memiliki kios, Doni menjajakan dagangannya dari kereta ke kereta atau dari bis ke bis. Ia menceritakan pada saat masa pemerintahan Soeharto, menjual poster Bung Karno bukanlah perkara mudah.
"Saya pernah tiga kali ditangkap. Jaman dulu enggak boleh. Padahal saya menjual poster Bung Karno belum yang sebesar sekarang, dulu paling berukuran 10x15 dan 8x10," kata Doni.
Tak hanya kesulitan teknis, pendapatannya juga berbeda saat masa Soeharto masih menjabat dengan saat pemerintahan Megawati. "Dulu waktu jaman Pak Harto, dagang gini ya bisa buat makan pagi sore. Ketika PDIP naik, saya kayak jual karcis di loket, antri yang belanja," katanya.
Dagangannya mulai menjadi lirikan masyarakat sejak tahun 1999 silam.
Sekarang, saat Jokowi menjabar jadi Gubernur, ia menjelaskan setidaknya ada 20 orang pembeli yang mengunjungi kiosnya tiap hari. Harga poster yang ia jajakan bersama frame-nya mulai Rp. 200 sampai Rp. 400 ribu.
Untuk yang tanpa frame, ia menjual 3 posternya seharga Rp. 100 ribu. Menurutnya, poster yang ia jual memiliki kualitas yang lebih baik dari poster lain yang dijual di pinggir jalan.
"Ini enggak seperti yang ada dipinggir jalan, mereka kertasnya art karton kalau saya pakai kertas film. Jadi kena air enggak pudar." Doni menjelaskan sangat banyak pesaingnya di Jakarta, namun yang lain tidak ada yang berani konsisten hanya menjual poster Bung Karno.
Berkat berjualan poster Bung Karno, Doni mengaku bangga ia bisa berjabat tangan dan bersilaturahmi dengan Megawati. Ini salah satu bagian menyenangkan dari profesinya.
"Alhamdulillah saya bisa sekolahin enam anak, sampai taraf SMK, semua bayarannya dari hasil saya dagang poster. Saya enggak mau tangan dibawah. Biarpun saya kontrak rumahnya juga masih bulan-bulanan, tapi saya bangga karena ini uang sendiri."

***
Semenjak belum berjualan poster Bung Karno, Doni memang gemar mengkoleksi gambar dari Bung Karno, termasuk gambar yang diterbitkan pada media massa jaman dulu, ia gunting dan kumpulkan semua gambar Bung Karno yang dimuat.
Bung Karno bak seorang penyelamat untuknya. Selain hidup dari wajah-wajah Bung Karno untuk membiayai enam orang anaknya hingga tamat SMK, ia merasa poster Bung Karno selalu laku terjual terutama saat ia dalam kondisi kepepet.
"Jujur saya sering kepepet, kadang butuh uang untuk bayar kontrakan atau sekolah anak. Tapi sering ada saja yang membeli poster ini, dan saya bisa bertahan sampai sekarang."
Selain mengidolakan Bung Karno, Doni juga mengidolakan putrinya, Megawati. "Ibu Mega idola saya, karena dia anak Bung Karno dan perempuan pertama di NKRI yang jadi presiden," ujarnya kepada detikHOt.
Doni kini sering diundang untuk membuka lapak pada acara-acara partai tadi, ia pun mengaku jadi pernah merasakan naik pesawat dan menginap di hotel berbintang karena undangan membuka lapak ini.
Doni membandingkan dirinya dengan pedagang poster lain, yang tak mau konsisten menjual satu wajah dari tokoh besar di Indonesia. Kebanyakan pedagang menjual hampir tokoh-tokoh terkenal dari seluruh dunia.
Tak heran kemudian konsumen Doni bukan hanya masyakat dalam negeri saja
"Banyak yang datang kesini itu mobil-mobil plat CD, mereka beli gambar Bung Karno yang lagi sama John F. Kennedy, sama Marlyn Monroe. Jadi foto beliau itu selalu diburu."
Para pelancong asing itu, juga sering menanyakan hal-hal terkait dengan Bung Karno kepada Dony. Dony tak gagap, ia banyak melahap buku sejarah Indonesia yang bersentuhan erat dengan tokoh kemerdakaan ini. Ia juga menjelaskan bahwa ada beberapa media asing yang mewawancarainya.
Salah satu yang menjaga hubungan baik dengan Doni adalah dari kedutaan Kuba, ia berujar setiap menjelang lebarang seorang utusan dari kedutaan Kuba datang untuk memberikan 'amplop' kepada Doni.
"Dia enggak mau sebutkan nama. Tapi pesannya, dia bilang kalau dia angkat topi untuk saya. Bukan saja karena saya hanya jual gambar Bung Karno, tapi ia menghargai saya yang konsisten berjualan ini dari dulu," kata Doni.
***
Salah satu hal spesial yang juga tulus ditunjukkan oleh pria yang tak tamat SD ini adalah memberikan harga yang lebih murah bagi para mahasiswa yang belanja ke tempatnya.
Bila harga umum poster dengan bingkai adalah sekitar Rp. 200 - Rp. 400 ribu, dan poster tanpa bingkai berkisar Rp. 100 ribu per tiga buahnya. Ia mengaku berani rugi dari harga modal, bila mahasiswa yang membeli dagangannya.
"Mahasiwa kita kan tahu dananya berapa, jadi saya bedakan banget harganya. Jadi saya punya banyak kenalan mahasiswa, karena saya kalau perlu rugi kalau jual ke mereka."
Ia mengaku bangga bila dagangannya dibeli oleh mahasiswa. Ini terkait erat dengan keprihatinannya melihat rasa nasionalisme bangsa, yang menurutnya telah jauh menurun.
"Saya bangga kalau anak muda bisa memiliki gambar Bung Karno. Bagi saya uang bukan segala-galanya, tapi dengan melihat ada orang bangga dan menghormati bung karno dengan memajang posternya, itu suatu kebahagiaan buat saya," katanya.
(utw/utw)