Inilah yang menjadi daya tarik dari arsitek Jepang bernama Tadao Ando.
Pengajar Arsitektur di UGM, Dyah Titisari, beberapa waktu lalu berkesempatan keliling ke seluruh karya-karya fenomenal Ando yang terdapat di Jepang.
"Ia punya karakter. Menariknya Ando tidak punya pendidikan formal di arsitektur. Dia belajar secara otodidak," katanya kepada detikHOT Jumat pekan lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Dyah, karya Ando selalu memakai bahan material beton. Karakternya sederhana, terdapat unsur spiritualnya, dan bentuk bangunannya selalu mengingatkan akan alam. Seperti ketika ia mengunjungi Church of Light di Ibaraki, Osaka yang dibangun 1989.
Di sana, orang-orang datang ke gereja lantaran ingin melihat cahaya matahari masuk ke dalam gereja. "Ketika sunset, orang akan menunggu cahaya masuk ke dalam bangunan itu. Ini yang terkenal sampai sekarang," ujarnya.
Kekaguman Dyah tak berhenti sampai di sana. Ketika ia berkunjung ke Museum Seni Chichu di kota Niaoshima, prefektur Kagawa yang dibangun 2004 ia kembali menggelengkan kepalanya.
"Di atas museumnya itu ada lubang, jelang senja, semua orang akan menengadah menunggu senja dari atas sudut itu," kata Dyah.
Ando berhasil menangkap satu sudut dengan bantuan alam dan dijadikannya atraksi gratis. Sama halnya ketika ia memasuki Water of Temple. Kuil yang dipenuhi air tersebut dibuatnya dengan banyaknya tangga sebagai sebuah meditasi.
Sebelum berprofesi menjadi arsitek, Ando adalah seorang sopir truk dan petinju. Di panggung tinju, julukannya adalah Great Ando. Penghasilannya digunakannya untuk keliling Amerika, Eropa, Asia, dan Afrika sepanjang 1962-1969.
Semasa kecilnya, ia pernah bekerja menjadi tukang kayu di seberang rumahnya. Dari sana, ia belajar membuat model dari kayu. Di usia ke 18, ia mengunjungi kuil-kuil di Kyoto dan Nara yang terkenal akan arsitektur tradisional.
Ketertarikannya pada dunia arsitektur ketika ia membeli buku yang berisikan hasil sket dari arsitek besar Le Corbusier. "Saya belajar arsitektur dengan melihat setiap bangunan dan membaca buku mengenai seni dan arsitektur," katanya seperti dilansir dari situsnya www.tadao-ando.com.
Usai keliling dunia, ia kembali ke Jepang pada 1969 dan mendirikan Tadao Ando Architectural and Associates. Berbagai karya bangunan museum, ruang publik, maupun tugu monumental lainnya sudah dibangunnya.
Pada 1995, ia meraih Pritzker Prize yaitu penghargaan tertinggi bidang aristektur. Seorang juri mengatakan, "Ia adalah arsitek langka yang memadukan seni dan intelektual dalam sebuah karya."
Sejak 1997, Ando menjadi dosen di Fakultas Teknik Universitas Tokyo dan menyabet gelar Profesor Kehormatan Luar Biasa pada 2005. Ando juga pernah menjadi profesor tamu di Universitas Yale (1987), Universitas Columbia (1988), Universitas Harvard (1989), dan Universitas South California (2002).
Hingga kini, ciri khas karyanya adalah berupa dinding dan konstruksi dari beton ekspos tanpa finishing.
(utw/utw)