Padahal, satu kali pentas, seorang dalang bisa mendapat penghasilan antara Rp 5-10 juta. Itu dalang yang belum terkenal. Bagaimana dengan dalang yang sudah punya nama?
"Wah, bisa Rp 50 juta ke atas, ratusan juta malah," kata pengamat pewayangan dari Pusat Data Wayang Indonesia Sumari Adi Wiguno di Gedung Pewayangan Kautaman kepada detikHOT, Senin (26/8/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Seperti yang sering dilihat. Perlengkapannya ya seperti itu pakai blangkon, pakaian Jawa rapi. Kalau suara nggak ada latihan suara khusus. Latihannya ya pentas berulang-ulang itu," ujarnya.
Tapi, lebih dari itu. Tarif seorang dalang juga ikut ditentukan berbagai faktor. Pertama, pengalaman pentas. Kedua, tempat pertunjukan dimana. Ketiga, durasi pentas. Terakhir, kedekatan dengan pengundang. "Event juga penting. Kalau event-nya besar masa tarifnya standar. Ya, disesuaikan dan biasanya fleksibel," kata Sumari.
Untuk mencetak dalang-dalang berkualitas, peningkatan jumlah lembaga pendidikan formal di bidang itu sudah mulai terasa. Animonya sendiri terbilang cukup baik. Yang menarik, peminat-peminat sekolah dalang adalah mereka yang datang dari kelas menengah ke bawah, berada di luar kota besar, dan masih kental dengan pakem tradisi.
"Biasanya seperti itu. Jarang sekali anak-anak muda di kota besar mengambil sekolah khusus dalang. Kalau di daerah itu kan masih kuat anggapan dalang itu profesi yang terhormat. Kalau berhasil, ya menjanjikan," ujarnya.
Lantas, apa saja sih syarat untuk menjadi seorang dalang berkualitas? Sumari bilang, yang paling utama adalah minat. "Paling penting minat dulu, suka dulu. Kalau bakat 30 persen-lah. Sama kesempatan. Jadi, minat, bakat, dan kesempatan," katanya.
(utw/utw)