'Beta Cinta Indonesia': 40 Tahun Keagungan Kinarya Guruh

'Beta Cinta Indonesia': 40 Tahun Keagungan Kinarya Guruh

- detikHot
Jumat, 21 Okt 2011 17:24 WIB
Jakarta - Guruh Soekarno Putra menandai 40 tahun berkarya dalam industri hiburan di Tanah Air dengan sebuah pergelaran bertajuk 'Beta Cinta Indonesia'. Sebuah retrospektif yang gemerlap, agung, mewah dan penuh warna cerah.

Digelar di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki pertunjukan tersebut melibatkan 250 orang dari musisi, penari, penyanyi dan penabuh gamelan Bali, plus kru teknis. Orkestra Erwin Gutawa berpadu dengan gamelan Bali membungkus pergelaran sepanjang 3 jam itu.

Kesan kolosal langsung terasa sejak panggung dibuka dengan lagu 'Janger'. Sepanjang 20 menit penonton disuguhi tari-tarian dalam aneka kostum, dari janger bali hingga pria-pria bercawat tumbuh-tumbuhan. Setelah itu, penanyanyi Once muncul membawakan 'Smaradhana' dilanjutkan Tompi dengan dua lagu sekaligus, 'Nostalgia' dan 'Perikemanusiaan'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelum pertunjukan dimulai, Guruh dengan penampilan kasual celana jins dan kemeja batik yang lengannya digulung dan ujungnya dimasukkan, berpidato tentang mencintai Indonesia dan nasionalisme. Dan, memang sesuai dengan tajuk pergelarannya, Guruh lebih banyak menampilkan karya-karyanya yang bertema kebangsaan dan kritik politik.

Guruh sendiri menyebut pergelarannya sebagai "Petikan Karya Cipta', artinya apa yang tersaji di panggung memang bukanlah karya baru. Melainkan, karya-karya yang pernah dipentaskan sebelumnya, sejak akhir dekade 70-an. Terakhir Guruh menggelar pentas kolosal pada 1989 bertajuk 'Jak Jak Jak Jakarta'.

"Orang bilang saya sudah 40 tahun berkarya, jadi umur saya sekarang barapa ya?" ujarnya disambut tawa hadirin. Lalu Guruh menceritakan perjalanannya kariernya sebagai seniman. Awalnya dia mendirikan Swara Mahardika, lalu menghentikannya dan mengubahnya menjadi yayasan. Bersamaan dengan itu, dia mendirikan badan usaha PT Gencar Semarak Persada (GSP) yang menaungi rumah produksi bernama Kinarya GSP.

Dari Kinarya GSP itulah karya-karya komersial Guruh kemudian lahir, dan menjadi abadi sampai sekarang. Sebut saja lagu 'Chopin Larung', 'Zamrud Khatulistiwa' hingga 'Melati Suci'. Sayang, yang disebut pertama tadi tidak ditampilkan di 'Beta Cinta Indonesia'. Sementara 'Melati Suci' dinyanyikan oleh Neta dengan penuh keagungan.

Demikian juga dengan 'Zamrud Khatulistiwa', dibawakan kembali oleh Vidi Aldiano dengan back-ground panggung yang memperlihatkan hutan nusantara berhias bunga-bunga raflesia bermekaran. Vidi memang tampak bersinar di panggung Guruh, dan puncaknya ketika dia kembali muncul membawakan 'Jalan Sore-sore' yang pernah dinyanyikan Denny Malik.

Tata panggung menjadi kekuatan utama pergelaran Guruh kali ini, dengan permainan video yang diproyeksikan ke seluruh sisi dinding panggung. Sehingga dengan efektif panggung berubah-ubah sesuai tema lagu. Di sela-sela pergantian lagu, disajikan video dokumentasi dan suara pidato Bung Karno dari masa lalu. Foto sang proklamator pendiri bangsa itu pun juga sesekali terpampang di panggung.

Sejak awal Guruh menegaskan, bahwa baginya seni adalah alat perjuangan. "Dan, perjuangan saya adalah perjuangan ideologi," pekiknya, tanpa menjelaskan apa yang dimaksud dengan perjuangan ideologi. Mungkin, penonton hanya ingat, ada masa ketika Guruh berubah menjadi dari hanya seorang seniman menjadi juru kampanye partai politik, di masa Orde Baru dulu.

Sampai kini pun, Guruh masih duduk di Gedung DPR, mewakili partai yang diketuai kakaknya, dengan banyak pemberitaan yang menyebutkan bahwa dia jarang hadir di rapat-rapat di Senayan. Hal itu pun sempat menjadi bahan lawakan Butet Kartaredjasa, Yati Pesek, Tike Priyatna Kusuma dan Asri Welas ketika mereka muncul di babak kedua, menurunkan "ketegangan" dalam sesi "goro-goro".

Begitulah, 'Beta Cinta Indonesia' menjadi pertunjukan yang sesuai harapan, memuaskan, khas kinarya Guruh yang agung, dengan kipas, bulu-bulu dan warna-warni optimisme. Setelah dipentaskan untuk undangan khusus Kamis (20/11/2011) malam, pergelaran akan dibuka untuk umum selama tiga hari, Jumat - Minggu (21-23/11/2011).

Tiket dijual seharga dari Rp 350 ribu hingga Rp 1,5 juta. Setiap harinya, pertunjukan digelar dua kali, pukul 16.00 dan 20.00 WIB. Namun, untuk seluruh pertunjukan hari Sabtu, tiket sudah terjual habis.

(mah/mmu)

Hide Ads