"Ini (batik) tulis asli, dengan pewarna alami," terangnya. Dia adalah pemilik brand Tatik Sri Harta, batik tradisional Solo yang aslinya berumah di Masaran, Sragen, Jawa Tengah. Saat ini, ia tengah membuka stan di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta sebagai partisipan dari gelaran akbar World Batik Summit 2011 yang dibuka Rabu (28/9) dan akan berlangsung hingga Minggu (2/10/2001).
Sesuai dengan nama acaranya, gelaran tersebut bukanlah semata pameran produk batik. Pameran hanyalah salah satu dari rangkaian mata acara. Setiap harinya juga digelar konferensi mengenai batik dengan variasi tema-tema yang berbeda, dan menampilkan para pakar di biddangnya dari berbagai negara. Itulah yang membedakan gelaran kali ini dengan ajang-ajang serupa biasanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena batik kini telah menjadi milik seluruh lapisan masyarakat, maka tak hanya produsen-produsen batik mahal saja yang ambil bagian dalam acara tersebut. Bagi yang ingin berburu batik tulis asli dengan harga yang relatif murah juga tersedia. Gerai Purnomo Batik Art misalnya, menyediakan batik tulis asli Lasem, Rembang dengan harga mulai Rp 160 ribu hingga Rp 200-an ribu saja.
Gerai batik Lasem memang cukup mudah dijumpai di ajang tersebut, selain juga batik Madura dan batik Garut. Jenis-jenis batik yang disebutkan tersebut tersedia sengan harga yang terjangkau oleh kalangan luas. Bahkan biasanya, para perancang busana memaanfaatkan ketersediaan bahan batik murah tersebut untuk memborong dalam jumlah banyak.
Sedangkan untuk batik pusaka, tidak semuanya dijual. Ada sejumlah koleksi dari para tokoh seperti Iwan Tirta yang hanya dipajang, dengan diberi keterangan untuk dipelajari. Selain koleksi individu, ada juga koleksi bersama yang dipamerkan, misalnya dari Paguyuban Pecinta Batik Indonesia 'Sekar Jagad' dari Yogyakarta yang cukup lengkap mengusung motif-motif batik Jawa kuno.
(mmu/mmu)











































