Drama Musikal 'Ali Topan': Retro untuk Sebuah Tragedi

Drama Musikal 'Ali Topan': Retro untuk Sebuah Tragedi

- detikHot
Senin, 11 Apr 2011 16:38 WIB
Jakarta - Ali Topan bangkit dari halaman kusam novel karya Teguh Esha yang telah lama tersimpan di rak dan mungkin hampir terlupakan. Muncul dengan duduk angkuh dan dingin di atas motor trail kuning, rambut gondrong khasnya segera mudah dikenali. Si Anak Jalanan itu muncul kembali di atas panggung drama musikal karya sudradara dan koreografer Ari Tulang.

Tokoh fiksi dari khasanah budaya pop Indonesia 1970-an itu juga pernah difilmkan, dan kali ini mewujud nyata dalam sosok yang diperankan oleh Dendy, mantan vokalis band Kunci. Dengan jaket kulitnya, dan celana panjang cut-bray, dia bergentayangan bersama geng-nya di Aldiron Plaza, Blok M. Dia adalah anak orang kaya yang kecewa dengan kehidupan hedonis orang tuanya yang penuh kepalsuan.

 Pada suatu saat, Ali Topan bertemu dan jatuh cinta kepada Ana Karenina. Mantan vokalis Cokelat, Kikan memerankannya dengan sangat bagus. Di atas panggung, dia tampak begitu remaja, anggun dan cantik. Namun, di balik itu semua, sama halnya dengan Ali Topan, gadis itu juga menyimpan amarah yang menggelegak terhadap kehidupan keluarga ningratnya yang penuh aturan dan mengekang kebebasannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Amarah sepertinya memang menjadi nafas drama musikal 'Ali Topan' yang pada dasarnya merupakan kisah cinta itu. Dan, semua kisah cinta adalah kisah Romeo dan Juliet, yang berakhir tragis. Ali Topan adalah Romeo, dan Ana Karenina adalah Juliet. Kisah cinta mereka terhalang oleh sikap kolot orangtua Ana yang hanya mau menjodohkan anaknya dengan sesama anak orang kaya. Klasik? Klise? Boleh jadi.

Namun, kisah yang sederhana itu diolah oleh Ari Tulang menjadi pertunjukan yang penuh emosi. Energinya dahsyat, mood-nya terbangun dengan sangat baik, dan berakhir klimaks. Semua dialog antartokoh dituangkan dalam bentuk lagu yang digarap oleh Dian HP. Pada adegan-adegan berantem antara anak dan orangtua, musikal ini menemukan puncak-puncak ketegangan dramatiknya, dan berhasil membuat penonton menahan nafas.

Sesuai dengan spirit pemberontakan anak muda ala 70-an yang masih relevan sampai sekarang, Dian HP membingkai koreografi Ari Tulang dengan musik rock. Namun, Dian juga memasukkan unsur-unsur musik tradisional Betawi, Jawa dan Sunda untuk menyesuaikan dengan tiap-tiap karakter. Sedangkan Ari mempertebal atmosfer budaya 70-an dengan meretrospeksi segi fashion, theme song, dan setting lokasi.

Satu lagi keunggulan dari musikal 'Ali Topan' adalah kesan glamor yang ditampilkannya. Misalnya pada adegan pesta ulangtahun Ana Karenina, panggung menjadi tampak mewah dan elegan. Secara keseluruhan, tata artistik terbilang sederhana, namun efektif menciptakan impresi yang mendalam pada tiap adegan. Puncaknya terjadi pada adegan ketika Ali Topan di penjara, dan pada saat yang bersamaan Ana putus asa di kamarnya.

Selain menampilkan para mantan vokalis band sebagai bintang utama, pertunjukan ini diperkuat oleh sejumlah alumni Akademi Fantasi Indosiar (AFI), berikut jurinya, Trie Utami yang memberi warna dan kekuatan tersendiri dengan perannya sebagai Mbok Yem, pembantu keluarga Ali Topan yang sangat menyayangi anak majikannya itu. Aktor-aktris kuat lainnya yang bergabung antara lain Ricky Johanes, Lisa Depe dan Sita Nursanti.

Namun secara umum, semua cast dalam drama musikal ini bermain kuat, dengan vokal yang penuh stamina. Ini adalah sebuah pertunjukan yang rapi, enak dinikmati, menyentuh, dengan sentuhan humor yang pas, tanpa banyolan lebay yang sia-sia. Koreografinya ringan, mengalir, dengan sejumlah gerakan eksotik pada beberapa bagian. Mengingat hal itu, pertunjukan ini mensyaratkan penontonnya harus berumur 18 tahun ke atas.

Drama Musikal Ali Topan digelar di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta mulai Senin (11/4/2011) hingga 17 April setiap pukul 20.00 WIB. Tiket dijual seharga Rp 200 ribu hingga Rp 1 juta. 

(mmu/mmu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads