Tren Batu Akik Menginspirasi Seniman Kelvin Atmadibrata

Tren Batu Akik Menginspirasi Seniman Kelvin Atmadibrata

Tia Agnes Astuti - detikHot
Jumat, 26 Jun 2015 15:26 WIB
Dok.ARCOLABS Universitas Surya
Jakarta - Tren batu akik tak hanya terjadi di kalangan para pecinta gemstone saja. Tapi juga menginspirasi seniman Kelvin Atmadibrata dalam menciptakan karya. Kali ini, ia bekerja sama dengan ARCOLABS Universitas Surya memamerkan karya seninya di kios galeri SPACE Pasar Santa, Jakarta Selatan, hingga akhir bulan ini.

Berjudul 'Carbuncle', eksibisi keempat Kelvin merupakan program open call galeri tersebut. Dalam ruangan yang sempit tersebut, ia menampilkan ratusan obyek miniatur yang ditata pada rak-rak dinding galeri. Serta sebuah foto patung hidup dengan obyek miniatur yang sama yang mengingatkan akan suasana ruang laboratorium atau kilinik.

Obyek miniatur yang terbuat dari patung kertas-kertas tersebut adalah imitasi. Ia mengadopsi imaji salah satu makhluk mitologi yang muncul dalam game 'Final Fantasy'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sekaligus jenis penyakit infeksi kulit dengan nama yang sama yaitu Carbuncle," ujar Kelvin dalam keterangannya kepada detikHOT, Jumat (26/6/2015).

Baca Juga: Dari Kording, Komik-Kartun di Cikini Eksis di Usia Ke-28

Makna obyek yang ada di pameran ini juga direspons Kelvin karena tren batu akik yang ada di Indonesia. Tren ini menjadi obsesi baru di masyarakat. Sama halnya seperti virus dan infeksi yang tak terkendali dalam tubuh manusia.

"Saya juga menampilkan objek imitasi dan artifisial di Pasar Santa yang sekarang menjadi tempat hipster di Jakarta. Carbuncle juga menantang konsep keaslian dan kepercayaan tentang keindahan."

Simak: Benny-Mice dan Kenangan 'Koran Dinding' IKJ

Kelvin adalah seniman yang menggunakan pendekatan proyek multidisiplin. Ia menggagas ulang narasi dan karakter dari teori-teori RPG (Role-playing video games). Kelvin lulus dari Bachelor of Fine Art (Honours) dengan pengkhususan Interactive Media di School of Art, Design and Media, Nanyang Technological University, Singapura. Setelah 10 tahun tinggal di Singapura, kini ia menetap di Jakarta dan mengelola PADJAK (Performance Art di Jakarta), sebuah pertemuan pelaku performance art tiap dua bulan.

(tia/mmu)

Hide Ads