Ia mengakui memang dalam beberapa karyanya ada yang beraliran kubisme. Namun karya kebanyakan darinya justru seperti Chagall. Ia adalah seniman Perancis yang alirannya berdiri sendiri dan tidak digolongkan dalam aliran apa pun. Seninya tidak mungkin dapat ditemukan dalam alam dan dunia lahiriah.
Para ahli surealisme, kata Helena, pernah mengatakan jika Chagall meletakkan dasar spiritual dalam aliran lukisannya. Sama halnya dengan Haji Widayat yang karya-karyanya terpengaruh dengan aktivitas spiritualnya, kenangan masa kecil, proses pembelajaran masa remaja, pengalaman mengajar mahasiswa dan mahasiswi di ISI Yogyakarta dan sebagainya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Melalui dekoratif magis milik Widayat tidak ada lukisan yang sama antara satu dengan yang lainnya. "Banyak pelukis yang tidak suka karena dekoratif tapi dia beda jalan dari pelukis lainnya. Dia suka abstrak dan menggunakan struktur di painting. Kamu bisa lihat di karya ini," tunjuknya pada sebuah lukisan di OHD Museum.
Di antara semua karyanya, Helena menyukai lukisan yang bertemakan seni pertunjukkan. Widayat membuatnya dengan gambar pentas wayang, tari-tarian tradisional Indonesia, dan lain-lain.
"Ini sangat kelihatan ciri khas Indonesia dari kacamata Widayat," ujarnya. Sedangkan Oei Hong Djien sangat menyukai dua buah lukisan abstrak Widayat yang dibuat sekitar tahun 1960an.
Lukisan berwarna merah dan hijau yang berjudul 'Pillar Golden' tersebut dipamerkannya persis depan pintu masuk OHD Museum, Magelang. Bagi OHD, ini merupakan koleksi langka dan berharga miliknya.

(tia/utw)