"Aku benar-benar tak mengenalimu," pekik Melissa Karim melihat penampilan Anggun sore itu. Tak seperti biasanya, Anggun menggelung rapi rambutnya, mengenakan baju batik coklat terang yang elegan, dan tampak seperti namanya, anggun. Nama aslinya Agung, asal Jambi. Ia mengubah namanya setelah merantau ke Jakarta dan...menjadi waria!
Sore itu, Melissa menjadi host acara yang menandai tonggak baru dalam kehidupan Anggun. Waria bernama lengkap Anggun Pradesha itu meluncurkan film dokumenter perdananya, yang mengungkapkan rahasianya sendiri. Film sepanjang 38 menit bertajuk 'Emak dari Jambi' itu merupakan bagian dari tiga film produksi terbaru Kalyana Shira Foundation di bawah payung Project Change yang diinisiasi oleh sutradara dan produser Nia Dinata.
Kali ini mengusung tema 'Cerita tentang Rahasia', dua film lainnya adalah 'Sleep Tight, Maria' karya sutradara Monica Vanesa Tedja dan 'Pertanyaan untuk Bapak' karya bersama Yatna Pelangi dan Mayk Wongkar. Anggun juga tak sendiri, ia didampingi co-sutradara Rikky M Fajar. Peluncuran film tersebut di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Jakarta, Rabu (28/4) selain tentu saja pemutaran filmnya sendiri, juga diisi dengan diskusi yang diikuti oleh kalangan LGBT, aktivis dan pecinta serta pelaku perfilman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dibuka dengan fiksi, film kedua menampilkan dokumenter 'Pertanyaan untuk Bapak' yang merekam perjalanan pembuatnya, Yatna Pelangi, pulang ke kampung halamannya di Tanjung Karang, setelah 20 tahun. Ia bermaksud mencari bapaknya, yang telah lama bercerai dengan ibunya. Yatna punya kenangan yang traumtis dengan sang bapak, seorang pria cina yang di masanya bekerja sebagai pembuat poster film. Salah satu kenangan tak terlupakan bagi Yatna adalah ketika suatu saat sang bapak berkata, "Suatu nanti kamu bikin film, bapak yang bikin posternya." Namun, itu adalah bagian manisnya yang kecil saja. Selebihnya, sosok yang bapak bagi Yatna adalah "monster" yang membuatnya hidup dalam mimpi buruk tak berkesudahan.
Sang bapak memperkosa Yatna di usia 5 tahun, dan hal itu terus berlangsung hingga 5 tahun kemudian. Kini, saat telah berhasil mewujudkan impiannya membuat film, tapi ia datang mencari bapaknya bukan untuk menagih poster yang pernah dijanjikannya. Melainkan, ia hanya ingin bertanya, mengapa dulu lelaki itu melakukan kekerasan seksual pada anaknya sendiri? Dokumenter sepanjang 41 menit ini menyisakan cerita yang perih dari proses kreatifnya.
"Saya melihat sejak di kapal Yatna tampak ragu-ragu, dan ketika berhasil menemukan bapaknya pun ternyata dia justru tak bisa ngomong apa-apa. Saya yang geregetan, ayo, ngomong, ini orangnya!" tutur Mayk Wongkar yang menjadi co-sutradara bagi Yatna, dalam diskusi usai pemutaran film.
Menutup kompilasi ini, 'Emak dari Jambi' menimbulkan ger-geran bagi penonton karena cara bertuturnya yang blak-blakan dan unik. Film ini memotret sosok Anggun dengan perspektif emaknya, Ibu Kurtini, yang tegar dan kocak. Alkisah, Kurtini datang ke Jakarta untuk menjenguk anaknya, yang telah berubah dari Agung menjadi Anggun. Bukan hal yang benar-benar mengejutkan baginya, karena sejak di Jambi dulu, Agung sudah memperlihatkan kecenderungannya untuk berdandan perempuan. "Dulu memang sudah banci, tapi nggak separah ini," ujar Kurtini yang terekam dalam film, dan memicu tawa berderai dari penonton.
"Bagi saya, yang terberat bukan mengaku kepada ibu bahwa saya waria, tapi ketika saya juga harus mengkui bahwa saya pernah menjadi PSK di Taman Lawang, itu pedih banget," ujar Anggun dengan nada serius dalam diskusi usai pemutaran film. Tapi, untuk yang satu itu pun, Kurtini ternyata juga tak kaget-kaget amat. Semua ia hadapi dengan kuat, bahkan kadang dengan penuh canda, walau ada saatnya juga penonton akan melihat ia memangis, dan perlu "curhat" kepada temannya yang sudah lama tinggal di Jakarta, Wati. Penonton juga akan melihat bagaimana Kurtini "napak tilas" jejak anaknya di Taman Lawang, bersama teman-teman waria lainnya.
"Saya berharap proses penerimaan dalam film ini dapat menginspirasi para orangtua agar dapat menerima anaknya yang waria, sehingga tidak perlu lagi ada cerita waria kabur dari keluarga," harap Anggun. Setelah diluncurkan dalam pemutaran khusus yang dihadiri para pembuat film beserta keluarganya, kompilasi 'Cerita tentang Rahasia' bisa disaksikan oleh publik. Kampus-kampus, komunitas, dan forum-forum pecinta film yang berminat mengadakan acara pemutaran film ini, bisa menghubungi info@kalyanashira.com.
(mmu/mmu)