'Pacific Rim' (3D): Usaha Membatalkan Kiamat

'Pacific Rim' (3D): Usaha Membatalkan Kiamat

- detikHot
Jumat, 12 Jul 2013 13:51 WIB
Jakarta - Beberapa tahun dari sekarang, di kedalaman Samudera Pasifik, monster-monster mengerikan seukuran Monas (disebut dengan Kaiju) akan muncul ke permukaan dan mulai menghancurkan gedung-gedung dengan seenaknya. Nyawa pun berjatuhan dan kata-kata seperti 'akhir dunia' pun langsung menjadi ungkapan yang tak diinginkan siapapun. Pemimpin-pemimpin dunia pun akhirnya berkumpul, melupakan permusuhan mereka dan memutuskan untuk membuat semacam tandingan yang kuat bagi para Kaiju tersebut.

Mereka menciptakan robot super-raksasa yang dikendalikan oleh manusia di dalamnya. Mereka menyebutnya Jaegers. Pada awalnya hanya ada satu orang di dalamnya, sampai akhirnya mereka menyadari bahwa butuh dua orang untuk bisa menguasai Jaegers. Misi pun berhasil dilaksanakan dan Kaiju pun berhasil diberantas satu per satu. Yang tidak diketahui manusia adalah bagaimana dan mengapa para Kaiju itu muncul dan ingin melenyapkan mereka.

Yang Anda baca di atas tentu saja bukan ramalan masa depan. Itulah pembukaan dari film action epic spektakuler karya Guillermo Del Toro. Jelas, Del Toro bukanlah nama yang sembarangan. Dia adalah sutradara yang berhasil membuat makhluk seperti Hellboy bisa ditoleransi. Del Toro juga membuat sebuah horor fantasi berjudul Pan’s Labyrinth yang cukup membuat semua orang terpukau, dan membuahkan tiga Piala Oscar. Del Toro juga sempat duduk menjadi sutradara 'The Hobbit' untuk sementara walaupun ternyata Peter Jackson terlalu egois untuk membiarkan itu terjadi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

'Pacific Rim' adalah film pertama Guillermo Del Toro yang massive, ambisius dan penuh dengan hingar bingar. Bukan kesalahan jika Warner Bros. bersama Legendary Pictures merilis film ini di tengah-tengah musim panas. 'Pacific Rim' adalah segala yang Anda butuhkan dalam sebuah film blockbuster: full-packed action, efek visual yang gila-gilaan dan adegan-adegan mustahil yang hanya bisa terjadi di lamunan orang teler.

Setelah kecelakaan yang merenggut nyawa kakaknya, Raleigh Becket (Charlie Hunnam dari serial 'Sons of Anarchy'), mengasingkan diri dengan melakukan pekerjaan berat sebagai konstruktor. Sampai akhirnya Marshall Stacker Pentecost (Idris Elba) datang untuk memintanya kembali menjadi pilot. Raleigh pun langsung menerima tawaran tersebut dengan cepat.

Mako Mori (Rinko Kikuchi), di sisi lain, terobsesi untuk menjadi partner Raleigh walaupun sang marshall selalu menolaknya. Batu pun lama-lama berlubang juga jika ditetesi air dalam waktu yang lama, begitu juga dengan hati sang marshall. Mako Mori pun akhirnya menjadi partner Raleigh, dan berdua mereka akan menjadi lawan yang pantas bagi para Kaiju.

Ditulis oleh Guillermo Del Toro bersama Travis Beacham, 'Pacific Rim' memang tipikal film musim panas yang 'bodoh'. Tidak ada satu pun yang masuk akal, misalnya apa motivasi utama para Kaiju menyerang manusia. Apakah mereka monster atau alien? Kedua penulis skrip ini tidak pernah sedikit pun buang-buang waktu untuk memikirkan pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Sepanjang film tidak ada character development yang luar biasa. Kecuali, karakter Chuck Hansen yang diperankan oleh Robert Kazinsky dan itu pun tidak penting-penting amat. Hubungan antara Mako Mori dan sang marshall pun patut dipertanyakan motifnya.

Tapi, pada akhirnya semua pertanyaan itu meman tidak berguna. Alasan utama Anda menonton 'Pacific Rim' adalah untuk menyaksikan adegan-adegan superseru, visual yang menohok – pastikan menonton dalam format 3D untuk benar-benar bisa merasakan tamparan di wajah Anda– dan robot-robot super-raksasa. 'Pacific Rim' dengan mudah bisa dibandingkan dengan 'Transformers' walaupun sesungguhnya jika Anda mau memperhatikan lebih teliti, film ini agak sedikit lebih 'serius' ketimbang film besutan Michael Bay tersebut.

Salah satu poin keseriusan 'Pacific Rim' adalah tidak adanya objek love interest. Megan Fox memang sangat manis untuk menjadi eye-candy, tapi aksinya terlalu mengganggu konsentrasi. Dalam 'Pacific Rim', semua omong kosong tentang cinta benar-benar absen.

Yang kedua adalah joke. Sudah bukan rahasia lagi jika Michael Bay gemar memasukkan joke-joke tak relevan ke dalam setiap karyanya. Dalam 'Transformers' ada karakter Sam Witwicky yang seorang diri sudah lebih dari cukup untuk menjadi bahan tertawaan. Kalau masih kurang, tambahkan karakter orangtua Sam Witwicky yang diperankan oleh Jon Turturro, plus beberapa robot yang memang terobsesi untuk melucu. Hasilnya? Over the top. 'Pacific Rim' hanya membutuhkan satu Charlie Day dan satu Ron Perlman yang begitu luar biasa untuk membuat Anda tertawa.

Charlie Hunnam dan Rinko Kikuchi tampil cukup meyakinkan untuk menjadi dynamic duo yang mematikan. Idris Elba agak berlebihan, tapi tidak sampai jatuh ke level yang mengganggu. Charlie Day, Ron Perlman dan Burn Gorman-lah yang paling asyik ditonton karena mereka begitu rileks dan bersenang-senang sepanjang film.

Pemain utama sesungguhnya? Para Kaiju dan Jaegers-lah yang harus mendapatkan kredit tersendiri. Dengan sinematografi supergokil (Guillermo Navaro) dan efek visual yang megah (John Knoll dan Hal T. Hickel), 'Pacific Rim' adalah the ultimate summer movie you should watch. Dan, Anda tidak akan menyesal menyaksikannya.

Candra Aditya penulis, pecinta film. Kini tengah menyelesaikan studinya di Jurusan Film, Binus International, Jakarta.

(mmu/mmu)

Hide Ads