Dalam sarasehan literasi bersama pegiat-pegiat lainnya, Maman memprotes rezim narasi tunggal dan rencana pembentukan Dewan Perbukuan Nasional oleh Komisi X DPR. Menurutnya, para pemegang kekuasaan lupa membaca tentang kearifan kebudayaan yang ada di masyarakat.
"Orang Indonesia yang mempunyai ajaran 'Iqra' hanya membaca dua buku per tahun, Finlandia bisa 30 buku setahun. Forum Taman Bacaan dibilang harus melihat kearifan lokal, buat apa lokal dan nasional, seharusnya kearifan kebudayaan. Saat kami di Makassar International Writers (MIWF), penulis yang hadir di sana juga mendeklarasikan penolakan terhadap narasi tunggal," ujarnya, Kamis (20/10/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dewan Perbukuan itu bukan mengatur buku mana yang layak dan buku mana yang tidak layak. Yang katanya ada eksekutor, tapi justru menurut saya gerakan yang harus dilawan adalah bukan gerakan proyek yang seperti tahun lalu ratusan buku berbondong-bondong diterjemahin karena jadi tamu kehormatan. Tapi tahun ini ada berapa buku yang dialihbahasakan," kritik Maman.
Festival Literasi Indonesia masih berlangsung sampai hari ini, masih ada satu diskusi buku lainnya yang turut memeriahkan festival.
(tia/mmu)