Rencana Pembentukan Dewan Buku Nasional Dikritik

Rencana Pembentukan Dewan Buku Nasional Dikritik

Tia Agnes - detikHot
Kamis, 20 Okt 2016 16:34 WIB
Foto: Agnes/detikHOT
Jakarta - Jauh dari Jerman yang tengah menggelar perayaan pameran buku tertua di dunia Frankfurt Book Fair pekan ini, pesta literasi juga terjadi di daratan Celebes. Tak hanya Aan Mansyur yang menolak narasi tunggal Indonesia, hal serupa juga diserukan oleh penulis Maman Suherman.

Dalam sarasehan literasi bersama pegiat-pegiat lainnya, Maman memprotes rezim narasi tunggal dan rencana pembentukan Dewan Perbukuan Nasional oleh Komisi X DPR. Menurutnya, para pemegang kekuasaan lupa membaca tentang kearifan kebudayaan yang ada di masyarakat.

"Orang Indonesia yang mempunyai ajaran 'Iqra' hanya membaca dua buku per tahun, Finlandia bisa 30 buku setahun. Forum Taman Bacaan dibilang harus melihat kearifan lokal, buat apa lokal dan nasional, seharusnya kearifan kebudayaan. Saat kami di Makassar International Writers (MIWF), penulis yang hadir di sana juga mendeklarasikan penolakan terhadap narasi tunggal," ujarnya, Kamis (20/10/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika kembali ke narasi tunggal, maka akan berulang lagi ke masa Orde Baru yang berbagai buku dan penerbitan harus diatur.

"Dewan Perbukuan itu bukan mengatur buku mana yang layak dan buku mana yang tidak layak. Yang katanya ada eksekutor, tapi justru menurut saya gerakan yang harus dilawan adalah bukan gerakan proyek yang seperti tahun lalu ratusan buku berbondong-bondong diterjemahin karena jadi tamu kehormatan. Tapi tahun ini ada berapa buku yang dialihbahasakan," kritik Maman.

Festival Literasi Indonesia masih berlangsung sampai hari ini, masih ada satu diskusi buku lainnya yang turut memeriahkan festival.

(tia/mmu)

Hide Ads