Pertunjukan Balet Tiongkok dan Kisah 'Lampion Merah'

Pertunjukan Balet Tiongkok dan Kisah 'Lampion Merah'

Tia Agnes - detikHot
Kamis, 03 Nov 2016 12:18 WIB
Foto: Tia Agnes/ detikHOT
Jakarta - The National Ballet of China kembali lagi ke Indonesia untuk mementaskan karya fenomenal berjudul 'Raise the Red Latern'. Kisah yang diambil dari buku cerita 'Wives and Concubines' karangan Su Tong ini disadur dari film yang berjudul sama, dan disutradarai oleh Zhang Yimou.

Pertunjukan tertutup bagi undangan dibuka sekitar pukul 19.30 WIB, pada Rabu (3/11) malam. Usai sambutan, layar terkembang menampilkan belasan lampion merah yang tergantung di depan halaman rumah tuan tanah. Babak pertama dimulai dengan pesta yang sedang digelar. Sementara perempuan muda dipaksa untuk masuk ke dalam tandu pengantin. Tuan tanah memerintahkannya untuk menikah dan menjadi istri ketiga.

Di satu sisi, perempuan muda tersebut memikirkan sang kekasih yang merupakan seniman muda di sebuah grup Opera Peking (Xi Ban). Kisah cintanya harus kandas lantaran perintah Tuan Tanah yang berkuasa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak disangka, di sela-sela pertunjukan Opera Peking, perempuan muda bertemu dengan kekasih lamanya dan kembali memadu kasih secara diam-diam. Istri kedua yang tahu, mengadukannya pada Tuan Tanah, dan mencoba mendapatkan perhatian suaminya dengan mengambil tongkat pemantik lampion merah.

Pertunjukan Balet Tiongkok dan Kisah 'Lampion Merah'Foto: Tia Agnes/ detikHOT


Kisah pasangan muda dan istri kedua di tahun 1920-an itu memang sudah lama berlalu tapi alur ceritanya seakan mengingatkan lagi kejayaan hiburan Tanah Tiongkok di masa lampau. Kesenian dan musik tradisional Tiongkok ditampilkan di atas panggung dengan meriah. Suasana malam pembukaan pun tampak meriah.

"The National Ballet of China sudah mementaskannya lebih dari 400 kali di seluruh dunia dan panggung internasional Asia, Eropa, maupun Amerika," ujar ketua panitia, Paiman Mak, di Ciputra Artpreneur Theatre, Jakarta.

Pertunjukan Balet Tiongkok dan Kisah 'Lampion Merah'Foto: Tia Agnes/ detikHOT


Di tahun 2001, penciptaan balet 'Raise The Red Latern' selesai digarap dan mulai dipentaskan. Zhang Yimou pun diundang sebagai sutradara dan penulis skenario, Wang Xinpeng koreografer balet yang menetap di Jerman dan Wang Yuanyuan bertanggung jawab sebagai koreografer. Tak hanya menampilkan sebuah pementasan balet modern tapi juga sinematografi, wayang kulit, Opera Peking berkolaborasi dengan sempurna.

"Selama 50 tahun lebih perkembangan sejarah The National Ballet of China, penciptaan drama balet Raise The Red Latern adalah percobaan yang baru dan memberikan pengalaman baru bagi para penari dan tim kreatif," ujar Direktur Artistik, Feng Ying.

Pementasan berlangsung hampir dua jam lamanya. Artistik panggung, koreografi tari, kostum, hingga akting yang ditampilkan para pemain penuh totalitas dan tak ada kekurangan sedikit pun. Simbol 'kawin paksa' dan 'persetubuhan' ditampilkan dengan cara halus. Layar yang terbuat dari kertas dirobek paksa oleh si Tuan Tanah. Lampion merah dijadikan simbol kekuasan Tuan Tanah yang akhir cerita berujung tragis.

(tia/mmu)

Hide Ads