Sabrina yang sekarang ini bukan seperti Sabrina yang ada di sitkom 'Sabrina the Teenage Witch' yang sempat mengudara di dekade 1990-an. Sabrina yang sekarang diadaptasi dari komik berjudul Chilling Adventure of Sabrina yang diterbitkan oleh Archie Comics. Sabrina yang sekarang lebih tahu jati dirinya, lebih woke soal isu-isu sosial seperti feminism dan social hierrarchy dan tidak takut untuk membahas sisi gelap dunia sihir. Ya, Sabrina zaman sekarang tidak takut untuk menampilkan wujud aslinya.
Diadaptasi oleh Robert Aguirre-Sacasa yang juga memproduksi serial remaja terkenal Riverdale (dengan treatment Archie ketemu Twin Peaks), 'Chilling Adventure of Sabrina' punya jejak Sacasa di mana-mana. Visualnya megah, production design-nya paten, diiringi dengan musik pop yang on point dan dibintangi oleh aktor-aktor yang mukanya kinyis-kinyis. Kalau Anda teliti menontonnya, Sacasa bahkan memberikan petunjuk bahwa dunia dalam Sabrina dan Riverdale saling berhubungan. Yang membedakan keduanya adalah dunia Sabrina jauh lebih aneh dan jauh lebih menarik dari apapun yang pernah Archie hadapi.
'Chilling Adventure of Sabrina' terdiri dari 10 episode yang bisa langsung Anda lahap dalam sekali duduk kalau Anda mau. Di openingnya, Sabrina (Kiernan Shipka) menjelaskan bahwa ia tinggal di sebuah kota bernama Greendale yang rasanya "seperti Halloween setiap saat". Desain-desain rumahnya jadul. Tidak ada orang yang memegang smartphone. Orang-orang masih memakai landline. Kota ini seperti stuck di era 50 atau 60-an. Aura gothic-nya akan membuat Tim Burton bangga.
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tapi sebagai manusia, Sabrina juga mempunyai kehidupan lain. Dia masih sekolah seperti biasa. Dia mempunyai dua sahabat yang erat. Roz (Jaz Sinclair) adalah seorang siswi yang peduli dengan masalah-masalah penting di sekolah. Sementara itu Susie (Lachlan Watson) masih struggle terhadap identitas gender-nya. Kemudian ada Harvey Kinkle (Ross Lynch), kekasihnya yang ia sangat sayangi.
Sabrina sebenarnya sedang pusing karena sebentar lagi ulang tahunnya ke 16. Dia harus mengikuti dark baptism, di mana ia akan menjadi penyihir sepenuhnya. Dan ketika dia sudah melakukan itu, dia tidak diperbolehkan bersosialisasi lagi dengan teman-teman manusianya. Sementara itu, dia tahu bahwa dia tidak akan bisa meninggalkan kekasih dan teman-temannya. Tapi dalam hati yang paling dalam, dia menginginkan kekuatan hebat seorang penyihir. Dan di episode kedua, Sabrina harus memilih jalan mana yang harus ia pilih.
![]() |
'Chilling Adventure of Sabrina' tidak pernah berhenti meyakinkan penonton bahwa serial remaja ini bercerita tentang penyihir. Semua lagu yang bermunculan ada hubungannya dengan jargon-jargon penyihir. Belum termasuk dialog-dialognya. Keputusan-keputusan ini bisa saja menjadikan 'Chilling Adventure of Sabrina' menjadi sesuatu yang receh tapi ternyata justru kerecehan itu menjadi salah satu kekuatan serial ini.
Seperti halnya 'Riverdale', Sacasa membangun 'Chilling Adventure of Sabrina' dengan unsur norak yang kuat. Bahkan penampilan aktornya sengaja dibuat over-the-top. Tokoh-tokoh seperti Tante Zelda yang diperankan oleh Miranda Otto mendapatkan privillege untuk bermain selebay mungkin. Hasilnya sungguh sedap.
Sama juga dengan Richard Coyle sebagai Father Faustus Blackwood, pemimpin coven para penyihir dan kepala sekolah The Academy of Unseen Arts. Dia bisa mengeksplor sisi gelap dan sisi "manusia"nya di serial ini dengan asyik. Yang paling mentereng adalah Michelle Gomez sebagai Mary Wardwell. Dengan makeup dan hairdo yang berlebihan dan jadul, dia mencuri setiap scene yang ada. Dia adalah villain yang sempurna bagi Sabrina karena tidak hanya dia terlihat menggelikan tapi dia sengaja berakting berlebihan. Di produksi yang lain sosoknya akan terlihat terlalu aneh namun treatment over-the-top ini justru menjadi kekuatan 'Chilling Adventure of Sabrina'.
![]() |
Tentu saja 'Chilling Adventure of Sabrina' fokusnya adalah di Sabrina. Kiernan Shipka sebagai Sabrina lebih dari kompeten untuk memerankan peran ini. Sebagai aktor yang hampir selalu tampil di setiap adegan, Shipka bisa menggambarkan Sabrina dengan komitmen yang baik. Kita bisa merasakan obsesinya terhadap ilmu sihir, rasa cintanya terhadap pacar dan teman-temannya, rasa sayangnya terhadap keluarganya. Kadang kala Sabrina terasa mengesalkan karena kenaifannya tapi di tangan Shipka, kita sebagai penonton tetap bisa memaafkan setiap keputusan-keputusan yang ia ambil. Susah untuk tidak ikutan mendukung Sabrina sebagai penyihir hebat terutama jika Anda sudah sampai di episode 10 serial ini.
Karena serial ini adalah milik Sabrina, kekurangannya adalah banyak subplot yang menjadi korban. Kisah cinta Sabrina dan Harvey memang menarik tapi kisah tentang kekuatan Roz, gender identity crisis yang dialami Susie atau masalah keluarga dan identitas diri yang dialami Prudence (Tati Gabrielle) jauh lebih menarik daripada kisah asmara Sabrina dan Harvey. Bahkan di serial ini kita dapat menyaksikan sibling relationship yang kompleks antara Tante Zelda dan Tante Hilda yang jarang dipertontonkan di sebuah serial remaja yang pop.
Dengan bujet yang maksimal, Sacasa juga mendesain 'Chilling Adventure of Sabrina' menjadi sebuah serial dengan visual yang memabukkan. Warna-warnanya kelam namun memabukkan. Kediaman Keluarga Spellman pada khususnya, terlihat megah dan eksentrik. Adegan-adegan Sabrina di dalam hutan juga terasa creepy tapi tetap melenakan.
Secara editing, 'Chilling Adventure of Sabrina' memang agak tidak seimbang. Beberapa episode seharusnya bisa di-trim untuk lebih efektif. Tapi beberapa episode, seperti episode 5, bisa berdiri sendiri dengan durasi yang pas.
'Chilling Adventure of Sabrina' terasa lebih memikat ketika ia menuntaskan kisahnya dengan efektif dan tidak berlama-lama menjelaskan sesuatu. Serial ini baru menemukan jejaknya ketika episode 2 selesai. Disana Anda akan mulai ketagihan dengan perjalanan yang ditempuh oleh si penyihir cantik tersebut.
Yang saya sukai dari 'Chilling Adventure of Sabrina' adalah bagaimana serial ini bisa menggambarkan ambisi seorang gadis untuk menyeimbangkan power dan freedom. Yang juga patut dicatat adalah bagaimana serial ini tidak pernah menghindar dari hal-hal gelap yang akrab dengan dunia penyihir. Dengan musim pertama yang meyakinkan, saya berharap bahwa 'Chilling Adventure of Sabrina' bisa menjadi salah satu serial gemas yang patut untuk diikuti. Tapi sejauh ini, saya yakin Buffy, salah satu female heroine paling badass yang pernah ada, akan bangga dengan jalan yang ditempuh Sabrina.
Seluruh 10 episode 'Chilling Adventure of Sabrina' bisa disaksikan di Netflix.