Sebut saja yang paling hits ada 'Maria Mercedes', 'Esmeralda', 'Cinta Paulina', 'Rosalinda', 'Carita de Angel', 'Amigos X Siempre' hingga 'Betty La Fea'. Mereka bersaing dengan sinetron asli Indonesia seperti 'Olga dan Sepatu Roda', 'Keluarga Cemara', 'Janjiku', 'Si Doel Anak Sekolahan', 'Pernikahan Dini', 'Si Manis Jembatan Ancol', dan banyak lainnya.
Aktor-aktris berwajah Latin berparas sensual, berbalut dubbing (sulih suara) bahasa Indonesia, menjadi ciri khas tersendiri yang masih melekat hingga hari ini. Beragam merchandise yang menghadirkan wajah-wajah bintangnya, berterbaran di banyak pedagang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah sempat dibombardir oleh sinetron bermuatan drama musikal ala Hollywood, Korea Selatan dan cerita kerajaan India, kini tren seperti terulang lagi. Layar kaca dipenuhi serial-serial yang dimainkan bintang berwajah khas Eropa dengan judul unik.
'Telenovela' kembali lagi ke televisi meskipun bukan dari Latin, melainkan Turki. 'Telenovela' milik Turki saat ini menjadi yang terpopuler di antara sinetron lokal. Setidaknya ada lima judul, 'Cinta di Musim Cherry (Season of Cherry)', 'Abad Kejayaan (Magnificent Centur)', 'Seribu Satu Malam (Shehrazat)', 'Gang Damai (Huzur Sokağı)', 'Yamak Ahmet (Ahmad Sang Koki)' dan 'Elif'.
Fenomena ini kemudian menimbulkan pertanyaan besar. Kenapa tiba-tiba ada serbuan serial dari Turki? Padahal beberapa tahun terakhir, justru India dan Korea Selatan yang mengambil alih?
"Serial Amerika Latin menyimpang ke plot kekerasan dengan lebih banyak unsur seksual, meninggalkan penonton utama mereka, yakni kaum perempuan. Sedangkan Turki, masih menawarkan romantisme kental yang tradisional," ujar kritikus televisi Rene Naranjo seperti dikutip Majalah Detik Edisi Agustus 2015.
Hal senada diungkapkan oleh Vice President Marketing Public Relations Trans TV, A. Hadiansyah Lubis. Trans TV termasuk salah satu saluran televisi yang mengikuti tren 'telenovela' Turki. Menurut Hadi, unsur mayoritas agama Islam di Indonesia menjadi salah satu elemen pendorong maraknya tren tersebut.
"Turki adalah negara yang penduduknya mayoritas muslim walaupun berada di Eropa dan kawasan sekuler. Jadi, meskipun cerita
dan look-nya modern, masih ada beberapa aspek sosial-budaya yang terasa dekat bagi penonton Indonesia. Seperti kekeluargaan dan kecintaan pada sepak bola," jelas dia.
"Norma-norma kepantasan pada serial Turki juga tidak dilanggar. Sehingga tontonannya masih akan terasa nyaman bagi penonton Indonesia," sambung Hadi lagi.
(mif/mmu)