'Money Heist': Misi Politis dan Unjuk Rasa Melawan Sistem

'Money Heist': Misi Politis dan Unjuk Rasa Melawan Sistem

Devy Octaviany - detikHot
Minggu, 05 Apr 2020 11:11 WIB
Money Heist
Foto: (dok. imdb.)
Jakarta - Sejak kapan film sosial menjadi tontonan yang jadi favorit? Terlebih di era saat ini ketika film blockbuster seperti Avengers berada di peringkat atas.

Serial 'Money Heist' merangsek ke dalam kepopuleran dan simbol yang sedang hits dari film-film semacam itu.

Tayang sejak pertengahan 2019, serial ini mencuri perhatian banyak mata dari berbagai belahan dunia. Aslinya rilis di 2017, 'Money Heist' menuai jumlah penonton yang tak memuaskan. Semua berubah ketika Netflix mengambil alih tayangan ini.



Sang kreator Alex Pina mengungkapkan, 'Money Heist' tak hanya sebuah suguhan aksi perampokan bertopeng. Serial ini melibatkan banyak hal.

Termasuk kegelisahan terhadap sistem dan protes untuk melawan arus.

"Skeptisisme terhadap pemerintah, bank sentral, sistem ... Gagasan ini tidak akan mudah diterima kecuali disusun ke dalam narasi yang menghibur," ujar Alex Pina.

Kehancuran ekonomi global di tahun 2008 menjadi latar yang kemudian berkembang dalam plot 'Money Heist'. Momen itu menjadi sebuah isu global. Hal itu agaknya yang juga menjadi faktor serial ini diminati.

"Genre action dulu dianggap dangkal. Dan, film bertema sosial kerap dinilai membosankan, jadi mengapa tak kita gabungkan saja keduanya?" imbuh Alex Pina.



'Money Heist' baru saja merilis musim barunya di season 4 awal akhir pekan ini. Serial ini pun masuk dalam 15 besar dalam daftar Most Popular TV Shows.

Di beberapa negara, 'Money Heist' tak hanya sekadar hiburan. Seperti istilah film dapat menjadi representasi budaya yang terjadi di masyarakat, meski ini hanya sebuah serial, 'Money Heist' menunjukan bagian yang berbahaya ketika simbol topengnya diadaptasi di sebuah rencana perampokan yang terjadi di kehidupan nyata.


(doc/tia)

Hide Ads