Fajar Sungging, komikus 'Bangkitnya Ki Wilawuk' menuturkan komik yang merupakan warisan terakhir Hasmi digarap sejak tahun 2010. Waktuiya itu Hasmi sudah sibuk membuat skenario sinetron, teater sampai membuatnya jatuh sakit.
"Pas lagi gambar ini, eh ada kesibukan yang lain. Tertunda terus, halaman ini sudah sdlesai, gambar yang lain. Jadi kerjaannya lompat-lompat," kata Sungging ketika ditemui detikcom, belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika Sungging memberikan usul untuk mengembangkan villain terhoror Ki Wilawuk, Hasmi mengiyakannya. "Saya adalah penggemar Ki Wilawuk, saya ngomong, om mbok ya Ki Wilawuk dikembangkan lagi, kan tokoh karakter paling jahat di antara yang lain," tutur Sungging.
"Ya terserah, tuliskan saja. Ya terserah, tuliskan saja. Yowis, saya tulis. Yang ini saya nggak cocok misalnya, kata Om Hasmi, oh yowis ganti lagi. Sampai 2 kali adegan yang direvisi. Setelah naskah selesai, saya bikin skenario panelnya sampe 100 lebih halaman," lanjut Sungging yang kini tinggal di Yogyakarta.
Sepeninggal Hasmi, 'Bangkitnya Ki Wilawuk' pun diteruskan Fajar Sungging dan Toto Winarno dan komiknya baru selesai tahun kemarin. Dalam 'Bangkitnya Ki Wilawuk', Gundala dan Ki Wilawuk bertemu lagi dengan satu keterikatan yang sebelumnya dalam komik 'Dr Jaka dan Ki Wilawuk' yang terbit 1975 tak ada.
(tia/dar)