Pengenalan pria yang akrab disapa Kencut bermula dari pengalaman masa kecilnya yang kerap diajak ke konveksi milik kakaknya.
"Kakak saya punya konveksi, saya sering diajak ke sana apalagi pas SMA. Saya melihat pernak-pernik baju dan melihat kancing juga. Mungkin dari situ saya terpengaruh," katanya ketika berbincang di Kopikalyan, Jakarta Selatan, belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelum melukis, sejak kecil pula Kencut sudah belajar membuat seni kriya. Secara tak sadar, ia tertarik terhadap seni dan merasa dihidupkan oleh ritual dari tradisi leluhurnya.
![]() |
Dari pengalaman di konveksi dan tradisi Bali, Kencut pun tertarik dengan mata kancing lantaran film animasi horor 'Caroline'. Sampai sekarang karya-karyanya pun lebih bergaya kontemporer.
"Saya pikir sih dari budaya saya yang di Bali itu sangat berpengaruh. Salah satunya tentang visual. Kalau visual Bali kan lebih dekoratif, karya-karya ada yang gaya hiasan, detailnya. Di Bali pun itu hal yang sama juga," katanya lagi.
Sepanjang kariernya sebagai seniman, Kencut membagi fase lukisan-lukisannya menjadi empat tahap. Yakni kelahiran, eksplorasi, repetsi, dan penjaga.
"Saya terus bereksplorasi terus, dengan teknik dan medium berbeda," pungkasnya. (tia/ken)