Menurut Sukutangan, setiap menggarap project sampul buku, mereka memilih antara menjadikan misteri atau gambar yang benar-benar jelas atau clarity.
"Sebisa mungkin kami memilih, antara misteri dan clarity. Lebih jelasnya misteri itu ada obyek apel, clarity adalah tulisan apel. Yang salah kaprah adalah menggabungkan keduanya," kata Genta ketika diwawancarai detikHOT di Perpustakaan Nasional Indonesia, belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ndari pun memberikan contoh sampul dari buku kumcer Raymon Carver yang berjudul 'What We Talk About When We Talk About Love'. Bukan simbol hati maupun tanda lainnya yang dipakai oleh Sukutangan.
![]() |
Sukutangan sengaja memakai obyek rumah yang juga diceritakan dalam salah satu cerpen. Cerita tersebut menurut Ndari memiliki alur yang kuat di antara cerpen-cerpen lainnya.
"Latar belakang rumah dan membahas keluarga. Ketika mendengar kata rumah, betapa hangatnya di sana. Ada juga warna pink yang sengaja kami pilih untuk menunjukkan rasa kasih sayang," lanjut Ndari.
Dia pun menambahkan, "Gimana caranya kasih kesempatan pada pembaca untuk berimajinasi dan memberikan ruang diskusi."
![]() |
"Kadang yang kita kasih ada clue, jadi kalau selesai dibaca trus melihat cover depannya oh begini toh," timpal Genta.
Bahkan untuk buku-buku puisi ada banyak interpretasi yang bisa digambar Sukutangan. Yang terpenting pula, lanjut keduanya, jangan menganggap pembaca bodoh dan tidak memahami arti dari sampul buku.
Simak artikel berikutnya.
(tia/doc)